twads.gg

Sejarah Suku Maori Selamatkan Bahasa Ibu dari Kepunahan

Sejarah Suku Maori Selamatkan Bahasa Ibu dari Kepunahan
Foto from Instagram @mitaimaorivillagenz

KOPI PAGI, ruber.id – Sebagai warga Indonesia, tentu kita kenal dengan banyak bahasa ibu. Bahasa daerah, biasanya mengisi keseharian kita dalam berkomunikasi.

Tanpa bahasa ibu atau bahasa daerah, tentu kita akan merasa kurang bergaul.

Kebiasaan warga dalam berbahasa lokal, menjadi penentu utama kelangsungan bahasa warisan setiap daerahnya.

Tidak hanya menjadi karakter, jurusan khusus bahasa daerah masih banyak diselenggarakan di universitas.

Bahkan, sampai sistem abjad yang khas daerah masih dapat dipelajari di banyak kampus.

Berbagai usaha tersebut, membuahkan hasil yang bertujuan sama dengan slogan Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Tentu, dengan bahasa Indonesia sebagai pemersatunya.

Namun, berbeda pula dengan bahasa warisan lain di seantero dunia.

Contohnya, bahasa tetangga kita sendiri, yaitu suku Maori di Selandia Baru.

Dilansir dari National Geographic, 60 tahun lalu, bahasa Maori sempat berada diambang kepunahan.

Bahasa ini, dikenal sebagai Te Reo Maori di kepulauan Selandia Baru.

Usaha Awal Melestarikan Te Reo Maori

Pada awal dekade 1970, kontingen keturunan Maori berpendidikan tinggi memulai suatu pergerakan di Aotearoa (Nama Maori untuk Selandia Baru).

Baca juga:  Layanan Pembayaran Payoneer, Jangkau Lebih dari 200 Negara

Kelompok aktivis ini, bernama Nga Tamatoa yang berarti Pejuang Muda dalam bahasa Te Reo Maori.

Nga Tamatoa menolak marjinalisasi (pemisahan kelompok) dan asimilasi (interaksi) paksa kaum keturuan Maori di Selandia Baru.

Nga Tamatoa, mendesain pula sebuah usulan kebijakan agar bahasa Te Reo Maori dapat digunakan sehari-hari oleh anggota sukunya.

Sebelumnya pada tahun 1867, Pemerintah Selandia Baru melarang penggunaan bahasa Te Reo di seluruh sekolah negeri.

Bahkan, guru memukul setiap anak yang berbicara Te Reo di sekolah.

Orangtua keturunan Maori pun, berhenti berbicara Te Reo di ruang umum dan di rumah akibat takut akan hukuman tersebut.

Jumlah pembicara bahasa penutur asli Te Reo pun, semakin menurun.

“Semua hal yang dipelajari saat itu adalah bagaimana caranya kita dikolonisasi (oleh pemerintah),” ujar Tame Iti, salah seorang aktivis awal Nga Tamatoa.

Baca juga:  Mengenal Candi Prambanan, Warisan Megah Hindu di Indonesia

Pada tahun 1972, kontingen perwakilan Nga Tamatoa dan Masyarakat Te Reo berunjuk rasa ke gedung parlemen Selandia Baru di ibu kota Wellington.

Kontingen tersebut, membawa petisi yang ditandatangani oleh sekitar 30 ribu warga.

Petisi itu, mendesak agar bahasa Teo Reo Maori diajarkan di seluruh sekolah negeri Selandia Baru.

Kesuksesan Te Reo Maori di Dekade 1980

Pada tahun 1982, pergerakan Kohanga Reo berhasil melestarikan kembali bahasa Te Reo Maori di Selandia baru.

Kohanga Reo yang didirikan oleh Dame Iritana Tawhiwhirangi berhasil mencontohkan penggunaan bahasa Te Reo di rumah sekaligus di ruang kelas.

Kurikulumnya pun berfokus pada sejarah kaum Maori dan budayanya. Tetua suku dan pembicara Te Reo dapat mengajar di kelas-kelas.

Awalnya hanya lima sekolah saja yang menerapkan Kohanga Reo.

Namun, lebih dari 300 lokasi menerapkannya hanya dalam waktu tiga tahun saja sejak pergerakan ini dimulai.

Baca juga:  Profil Bos IKEA Ingvar Kamprad, si Anak Petani yang Merajai Industri Furnitur Dunia

Prosesnya awalnya adalah komunitas Maori mengumpulkan dana agar dapat menyewa atau membeli ruang kelas.

Sukarelawan dari Kohanga Reo, lalu merencanakan materi pelajaran dan mengajar di kelas.

Tawhiwrangi menyatakan, bahwa cepatnya penyebaran Kohanga Reo disebabkan oleh minat warga Selandia Baru untuk belajar kembali bahasa dan budaya warisan mereka.

“Keluarga adalah dasar fundamental bagi pembelajaran bahasa. Kohanga Reo berhasil bukan karena saya seorang Maori. Tetapi, karena saya berlatarbelakang guru,” ujar Tawhiwrangi.

Pada tahun 1985, sekolah bernama Kura Kaupapa Maori o Hoani Waititi didirikan di Kaipara.

Sekolah ini, adalah sekolah dasar (swasta) pertama yang sepenuhnya menyerap budaya Maori.

Tawhiwhirangi dan Karetu yang ditunjuk sebagai duta bahasa Maori, akhirnya berhasil meresmikan bahasa Te Reo sebagai bahasa resmi di Selandia Baru pada tahun 1987.

Sejak 1987, bahasa Te Reo Maori telah menyandingi bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di Selandia Baru hingga saat ini. ***