KOPI PAGI, ruber.id – Hari Tritura atau Tiga tuntutan rakyat, diperingati setiap tanggal 10 Januari.
Tritura berisi tuntutan Bubarkan Partai Komunis Indonesia atau PKI; Rombak Kabinet Dwikora; dan Turunkan Harga.
Demonstrasi Tritura
Beberapa organisasi yang turut dalam demonstrasi Tritura antara lain Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI).
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI).
Lalu, dari Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI).
Kemudian, dari Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), dan lainnya.
Menanggapi aksi Tritura, Presiden Soekarno kemudian melakukan reshuffle kabinet pada tanggal 21 Februari 1966.
Namun, Soekarno masih mengikutkan orang-orang yang berbau kiri di dalam kabinet.
Sehingga, pada 24 Februari 1966, mahasiswa kembali melakukan unjuk rasa.
Tuntutan pertama, yakni bubarkan PKI, merujuk kepada Pemerintahan Soekarno yang dianggap lamban dalam mengambil langkah terhadap orang-orang PKI, terutama yang terlibat Peristiwa G30S.
Bahkan, terdapat beberapa tokoh PKI yang masih menjabat sebagai anggota kabinet.
Empat bulan sejak terjadinya peristiwa tersebut, Presiden Soekarno belum memberikan titik terang terkait keputusan.
Padahal gelombang kekacauan, sebagai akibat kegeraman dari masyarakat telah meluas.
Tuntutan kedua, adalah pembubaran Kabinet Dwikora, berlandaskan kepada pemerintah yang tidak mampu mengendalikan kestabilan politik, sosial dan ekonomi negara.
Latar Belakang Tuntutan
Mengutip dari buku Revolusi Politik Kaum Muda oleh Muhammad Umar Syadat Hasibuan (2008), bahwa tuntutan terjadi sebagai akibat dari konfrontasi Indonesia Malaysia dan usaha merebut Irian Barat.
Presiden Soekarno dianggap lengah dan kurang memperhatikan adanya bahaya dari PKI.
Kemudian, justru hanya terfokus kepada konfrontasi terhadap Malaysia dan merebut Irian Barat.
Selain itu, tubuh Kabinet Dwikora masih diisi oleh beberapa orang dari PKI.
Masyarakat juga sudah meminta kepada Soekarno untuk segera membersihkan orang-orang PKI, terutama di pemerintahan.
Tuntutan ketiga, yaitu turunkan harga.
Stabilitas Ekonomi Makin Buruk
Hal tersebut disebabkan karena adanya keadaan stabilitas ekonomi yang semakin memburuk.
Kemudian, juga sebagai akibat dari dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 27, yang mengatur kembali mata uang rupiah pada 13 Desember 1965.
Kebijakan tersebut, berdampak kepada melambungnya harga-harga kebutuhan pokok sehingga menyusahkan rakyat.
Hari Tritura merupakan peringatan terhadap sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada masa Orde Lama, ketika Presiden Soeharto masih memimpin pada tahun 1966.
Demonstrasi mahasiswa dan masyarakat muncul dan ditujukan untuk pemerintahan Presiden Soekarno, pada masa itu.
Hal ini karena penilaian masyarakat atas penanganan tragedi Gerakan 30 September 1965 oleh pemerintah yang lambat dan tidak fokus.
Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Pusat yang mengadakan rapat di sekretariatnya, di Jalan Sam Ratulangi Nomor 1. Memutuskan untuk menyelenggarakan demonstrasi secara besar-besaran pada 10 Januari 1966.
Pada hari itu, di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, untuk pertama kalinya Tritura dikumandangkan.
Kolonel Sarwo Edhi, yang ketika itu sebagai komandan pasukan elite RPKAD juga hadir dalam momen bersejarah tersebut.
Pada hari itu juga,terjadi aksi-aksi dan pendudukan tempat-tempat strategis di Jakarta.
Sementara, wakil mahasiswa diterima oleh Wakil Perdana Menteri III, Chairul Saleh yang berujung pada penyerahan keputusan kepada Presiden.
Wakil mahasiswa diundang Presiden Soekarno di lstana Bogor untuk menghadiri sidang kabinet.
Beberapa tuntutan mahasiswa dijawab dengan penurunan harga minyak sebesar 50%, dan upaya untuk mencari jalan keluar untuk menurunkan harga barang secara keseluruhan.
Namun kemudian, Presiden Soekarno merasa janjinya sulit direalisasikan dan menuduh gerakan mahasiswa dimanipulasi dan ditunggangi oleh kekuatan neokolonialisme dan imperialisme.
Mahasiswa kembali bergerak agar Tritura dipenuhi, dan melakukan aksi sabotase pelantikan Kabinet Baru yang memaksa para calon menteri harus mencapai istana dengan menggunakan helikopter.
Surat Perintah 11 Maret
Dalam situasi memanas antara mahasiswa dan pasukan pengawal khusus presiden, Cakrabirawa terjadilah sebuah insiden.
Salah seorang demonstran dari Universitas Indonesia, Arif Rachman Hakim tertembak dan gugur.
Hal ini, semakin membakar semangat para mahasiswa.
Pada akhirnya, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret yang memberikan tugas kepada Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.
Melalui surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) inilah yang menjadi awal bagi Soeharto mendapat wewenang untuk mengambil segala tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas politik.
Surat Perintah 11 Maret 1966 ini, kemudian dianggap sebagai awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru.
Penulis: Eka kartika Halim/Editor: Bam