GAYAIN, ruber.id – Seberapa Baik Kandungan Garam bagi Tubuh? Indonesia, merupakan negara yang kaya akan rempah-rempahnya.
Mulai dari makanan asam, manis, asin hingga pedas menemani keseharian warga setiap mengonsumsi makanan.
Tentu dengan keberagaman rempah dan luasnya permukaan laut, mempermudah warga Indonesia mendapatkan makanan dengan rasa yang kuat.
Bagaimana dengan kandungan nutrisi yang dimiliki oleh makanan asin? Setiap pulau pastinya berbatasan dengan laut dan menyebabkan warga Indonesia memiliki produksi garam yang melimpah.
Namun, kandungan garam ternyata perlu dicerna kembali oleh kita.
Garam sebagai sumber nutrisi utama sodium, memiliki banyak kelebihan dan kekurangan pula.
Konsumsi kandungan sodium (natrium) dapat mengatur keseimbangan cairan, fungsi saraf dan otot, tekanan darah serta fungsi ginjal.
Sodium, berandil pula terhadap rangsangan saraf dan konstraksi otot.
Contohnya buruknya, adalah saat tubuh terlalu banyak menerima kandungan garam, maka berakibat tubuh mengalami hipertensi serta tekanan darah yang tinggi.
Sementara, kurangnya konsumsi sodium dapat menyebabkan gejala sakit kepala, mual, dan lemahnya otot.
Dilansir dari National Geographic, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan, konsumsi sodium maksimum per harinya adalah sekitar 2 gram saja (satu sendok teh).
Bahkan, bagi yang memiliki tekanan darah tinggi, batas maksimum konsumsi sodium per harinya hanya 1.5 gram saja.
Itu pun, harus ditemani dengan konsumsi air (hidrasi) yang baik.
Sementara di seluruh dunia, konsumsi garam rata-rata adalah 4.3 gram.
Wilayah dengan konsumsi garam tertinggi ada di sekitar Asia Timur dan Tengah (Termasuk Indonesia).
Memang, benua Asia terkenal akan kekayaan kuliner dengan rasanya yang kuat.
Pengaruh Konsumsi Garam pada Tubuh
Garam, memiliki kandungan sodium dan klorida. Sodium dalam garam, menyebabkan respons tubuh yang memproduksi lebih banyak cairan. Sehingga, kadar sodium tetap stabil.
Saat tubuh menerima terlalu banyak sodium, kandungan darah akan meningkat.
Sehingga, jantung akan memompa lebih banyak darah, dan pembuluh darah akan menjadi kaku.
Ginjal pun, perlu membuang kandungan ekstra sodium melalui darah yang akhirnya akan tereksresi melaui urine.
Seluruh siklus tersebut, menambah beban kerja jantung dan ginjal.
Konsumsi terlalu banyak garam dalam waktu yang lama, dapat mengakibatkan gagal ginjal, penyakit jantung dan stroke.
Di daerah dengan tingginya konsumsi garam, semakin meninggi pula risiko terkena maag perut atau kanker.
“Mengacu pada batas konsumsi garam yang sesuai adalah tantangan bagi praktisinya,” ujar Franz Messerli, seorang profesor medis dari Universitas Bern di Swiss.
“Tidak ada satu negara pun yang aktif untuk menahan konsumsi garam layaknya yang dianjurkan oleh WHO,” tambahnya.
Satu cara agar konsumsi tinggi garam tidak berpengaruh pada tubuh adalah dengan gaya hidup yang fisiknya aktif.
Fisik yang aktif, dapat menerima kandungan garam lebih tinggi dan sekaligus menurunkan tekanan darah. ***