Sebaran Baliho Bakal Calon Bupati Pangandaran Tak Jadi Indikator Kemenangan di Pilkada 2024

Sebaran baliho sejumlah figur yang saat ini mensosialisasikan diri sebagai Bakal Calon Bupati Pangandaran. dede/ruber.id

BERITA PANGANDARAN – Sebaran baliho sejumlah figur yang saat ini mensosialisasikan diri sebagai Bakal Calon Bupati Pangandaran tidak menjadi indikator kemenangan di Pilkada.

Sebagaimana diketahui, di beberapa lokasi saat ini di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, tersebar baliho sejumlah figur dengan kemasan ‘Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Atau Marhaban Ya Ramadan’.

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Pangandaran Asep Pudin mengatakan, sebaran baliho atau banner sosialisasi bakal calon bupati tersebut ragam tanggapan dari masyarakat.

“Wajar kalau ada yang berpendapat dan komentarnya juga beragam,” kata Asep, Rabu 27 Maret 2024.

Baliho alat sosialisasi figur Bakal Calon Bupati Pangandaran pun terkesan tidak sesuai dengan estetika ruang publik. Berjejer sepanjang jalan dan tidak memberi kesan indah.

Baca juga:  Bupati Jeje: Sejak Memimpin Pangandaran, Saya Tolak Izin untuk Mall dan Toko Modern

“Tidak ada pesan moral, tidak memberikan edukasi secara politik dan belum mewakili narasi aspirasi berdemokrasi,” ujarnya.

Asep menuturkan, perlu disadari sosialisasi yang luas pada ruang publik dari Bakal Calon Bupati Pangandaran tidak selalu menjadi indikator utama dalam menentukan pemenang pada Pilkada.

“Pemasangan baliho sering kali dianggap sebagai langkah strategis untuk mendapatkan dukungan dari massa, sebenarnya itu keliru,” tuturnya.

Baliho yang Tersebar Belum Mewakili Pesan Moral

Padahal, kata Asep, baliho yang tersebar belum bisa mewakili pesan moral. Justru seharusnya paparan visi dan misi serta rekam jejak dan program kerja yang memiliki peran penting dalam meraih suara pemilih.

“Fenomena anomali hasil kontestasi politik terutama pada Pilkada semakin terlihat jelas di berbagai daerah,” ucapnya.

Baca juga:  Petani Penggarap Kawasan Hutan Diajari KPU Pangandaran Cara Mencoblos

Menurutnya, jika beberapa bakal calon bupati mendominasi ruang publik dengan kampanye yang gencar dan baliho sosialisasi yang meluas, pada akhirnya pemilih cenderung mempertimbangkan aspek lain dalam menentukan pilihan.

“Paradigma pemilih menjadi lebih cerdas dan kritis dan akan membawa dampak signifikan dalam dinamika Pilkada. Pemilih tidak lagi terpaku pada popularitas seseorang atau intensitas kampanye semata,” terangnya.

Asep menyebutkan, pemilih cenderung memberikan perhatian lebih pada substansi program dan kemampuan calon untuk mengimplementasikannya.

“Bisa saja terjadi, ketika bakal calon bupati menggelar serangkaian kampanye besar-besaran dengan melibatkan banyak baliho sosialisasi.”

“Namun pada akhirnya kalah dalam pemilihan oleh bakal calon bupati yang fokus pada menyampaikan program konkret dan merespons langsung terhadap kebutuhan masyarakat,” sebutnya.

Baca juga:  Janda 2 Anak Diduga Tewas Dibunuh, Warga Pangandaran Resah Pelaku Belum Tertangkap

Asep menambahkan, meski banner atau baliho sosialisasi masih menjadi salah satu instrumen penting dalam kampanye politik, namun bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam menentukan kemenangan dalam Pilkada.

“Pemilih yang cerdas dan terinformasi cenderung melihat jauh ke depan, mempertimbangkan visi dan misi, serta kemampuan untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan masyarakat,” tambahnya.