Sering Tergenang Air Payau, Petani di Pangandaran Kini Bisa Tetap Panen Padi

Petani Pangandaran di Air Payau
Petani di Pangandaran tidak perlu khawatir lagi lahan garapan mereka tergenang air payau. dede/ruber.id

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Ladang sawah petani di Dusun Sucen, Desa Cibenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Jawa Barat sering tergenang air payau (asin) atau proses pasang surut.

Tak hanya itu, petani di Pangandaran juga kerap mengalami gagal panen. Namun, musim panen kali ini mereka sedang uji coba hasil menanam variates padi yang lebih tahan air asin.

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, variates padi yang tahan akan kadar garam tinggi disebut dengan inpari 34.

“Pada musim tanam kemarin, lahan seluas 5 hektare ditanami padi variates inpari 34, sekarang panen perdana. Kalau padi jenis ini memiliki hasil yang sangat bagus, bisa membantu produksi beras di saat masa kekeringan seperti ini,” kata Jeje kepada ruber.id.

Baca juga:  Samsat Pangandaran Bebaskan Denda Pajak Kendaraan

Jeje menuturkan, seluas 660 hektare lebih lahan sawah di Pangandaran berada di kawasan payau dan kerap terjadi gagal panen.

“Jika uji coba ini berhasil, maka bisa menjadi substitusi kekurangan produksi beras di Pangandaran,” tutur Jeje.

Selain itu, kata Jeje, sawah yang memiliki kandungan garam tinggi bisa dikolaborasikan dengan budidaya ikan atau udang.

“Ditanami variates 34 ini kan bisa mencegah penyebaran penyakit kepada udang dan ikan,” ucap Jeje.

Sementara itu, Kepala Bidang Analisis Kebijakan Iptek Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat Deni Rahayu sangat mendukung penanaman variates inpari 34 tersebut.

“Ini kan bisa membantu para petani Pangandaran di lahan payau untuk menghadapi genangan air asin dan hasilnya berhasil dipanen,” ucap Deni.

Baca juga:  Anggota DPRD Pangandaran Didominasi Lulusan S1

Deni menyebutkan, waktu tanam padi variates ini selama 90 hari. Sehingga, para petani tinggal mengatur pola tanamnya saja.

“Kami berharap menanam padi jenis inpari 34 ini menjadi kebiasaan para petani. Terutama, bagi petanj yang memiliki ladang di air payau,” sebutnya. (Arsip ruber.id/dede ihsan)