KOPI PAGI, ruber.id – Seorang pebisnis bernama Jean-Henri Dunant sedang dalam perjalanan ke Italia Utara pada musim panas 1859. Tujuannya, adalah agar dapat bertemu Raja Prancis Napoleon III.
Dunant, ingin berdiskusi tentang sebuah lahan yang raja Napoleon III miliki di Aljazair.
Namun, yang Jean-Henri Dunant saksikan adalah sisa Pertempuran Solferino.
Lembah Po di Italia, penuh dengan sisa tubuh manusia dan tanah yang penuh genangan darah.
Tragedi tersebut, menginspirasi Dunant untuk menciptakan Palang Merah Internasional.
Dilansir dari National Geographic, Dunant adalah seorang pasifis (alias cinta kedamaian) yang berhasil mencanangkan Konvensi Jenewa (Geneva Convention) pertama.
Sejak diberlakukannya Konvensi Jenewa, peraturan internasional khusus untuk daerah konflik (peperangan) pun harus ditaati oleh seluruh negara di dunia.
Pertempuran Solferino
Perancis dan Italia, tengah bertempur bersama demi mengusir pasukan Austria dari Italia utara.
Solferino, adalah pertempuran utama yang bisa mengusir sepenuhnya Austria dari tanah Italia.
Dalam pertempuran satu hari saja, 22.000 pasukan Austria tewas dan terluka.
Ribuan lainnya, dari pihak Italia dan Prancis tewas akibat pertempuran tersebut.
Dunant tiba disana pada tanggal 24 Juni 1859, tepat saat Pertempuran Solferino berlangsung.
Banyak pasukan yang terluka tiba di kota Castiglione, di mana Dunant sedang menginap.
Seluruh kota dialih-fungsikan menjadi rumah sakit.
Gereja, rumah kosong serta milik pribadi digunakan sebagai ruang klinik.
Jalanan pun, penuh dengan pasukan yang berbaring terluka.
Profil dan Aksi Jean-Henri Dunant
Dunant pun ikut membantu dengan memesan makanan, obat, dan perban ketika suplai makin berkurang di Castiglione.
Dia terkesan dengan dedikasi perempuan dari warga lokal yang merawat pasukan aliansi dan musuhnya.
Aksi tersebut sesuai dengan peribahasa tutti fratelli, yang berarti semua bersaudara.
Dunant yang lahir 1928, adalah seorang Kristen Protestan yang taat beragama.
Saat berumur 17 tahun dia bergabung dengan Rumah Sedekah Masyarakat Jenewa.
Saat berumur 19, Bapak Palang Merah Internasional ini mendirikan kelompok kajian Injil.
Sejak tahun 1853, ia fokus mengembangkan bisnis di Aljazair sambil tetap fokus dan aktif dalam kegiatan beragama.
Saat menyaksikan horor perang pertama kalinya di Italia, Dunant yang telah berumur 31 tahun pun beralih pandangan.
Dunant, sangat antipati terhadap aparat lokal yang tak acuh pada kondisi perang.
Dengan menulis buku berjudul Kenangan Solferino, Dunant menceritakan kengerian perang di Italia.
Cetakan buku tersebut, dikirim kepada seluruh kepala politik dan militer di Eropa.
Dari buku tersebut, dia meminta kepada dunia dapat membangun organisasi bantuan kemanusiaan.
Satu proposal lainnya, adalah mengamankan bantuan kemanusiaan bagi yang terluka saat perang.
Konvensi Jenewa Pertama
Dengan bantuan ahli hukum Swiss bernama Gustave Moynier, Dunant berhasil mengundang 16 negara pada musim semi tahun 1863.
Namun, kesepakatan sulit didapat, dan hanya mencanangkan lambang saja.
Anggota bantuan kemanusiaan akan menggunakan ban lengan berlambang salib berwarna merah dengan latar putih.
Lambang tersebut, adalah kebalikan dari bendera negara Swiss.
Hukum internasional dicanangkan agar menghargai netralnya anggota bantuan kemanusiaan.
Walau gagal, Pemerintah Swiss mengorganisasi konferensi lainnya pada tahun 1864.
Konferensi tahun 1864, berhasil disepakati oleh 12 negara Eropa yang mencanangkan tiga resolusi.
Resolusi tersebut, adalah perlindungan terhadap rumah sakit di zona perang.
Selain itu, hak agar dapat merawat bagi seluruh pasukan yang terluka, dan perlindungan bagi warga sipil yang ikut merawat.
Konvensi Jenewa pertama pun berhasil dilaksanakan, yang disusul dengan tiga konvensi lainnya selama satu abad mendatang.
Palang Merah Internasional tercipta, dan memengaruhi seluruh dunia.
Masyarakat Sabit Merah (Red Crescent Society) pun tercipta dari banyak negara muslim di dunia, yang terinspirasi oleh Palang Merah Internasional.
Walau kreasi Dunant berjasa, bisnis Dunant di Aljazair malah merugi.
Ia, akhirnya bangkrut dan dikeluarkan dari Palang Merah Internasional.
Dunant yang sedang sakit, akhirnya diberikan Hadiah Nobel demi Kemanusiaan pada tahun 1901 lalu.
Dunant pun, meninggal pada tahun 1910 dengan warisan Palang Merah Internasional bagi dunia. ***