EKBIS  

Komunitas Fukkuneko Sumedang, dari Cosplay hingga Jasa Titip Barang untuk Dijual

Komunitas Fukkuneko di Sumedang
Komunitas Fukkuneko di Sumedang. ist/ruber.id

SUMEDANG, ruber — Perkumpulan penyuka jejepangan dan cosplay, Komunitas Fukkuneko Sumedang, melebarkan sayapnya ke ranah bisnis merchandise dan jasa titip barang untuk dijual.

BACA JUGA: Berbisnis Double B, Sarah Sudah Mandiri sejak Kelas 1 SMA

Muhammad Iqbal Tawakal, salah satu anggota komunitas Fukkuneko Sumedang mengatakan, selain bisnis jasa titip barang untuk dijualkan, komunitas ini melakukan investasi modal untuk berbagai keperluan bisnis merchandise ke depannya.

“Barang yang dijual pada awalnya hanya barang-barang koleksi pribadi kami, seperti miniatur action figure. Lalu kami berinvestasi uang dan menambah menjual merchandise. Sampai saat ini masih berjalan.” ujarnya kepada ruber, Rabu (30/1/2019).

Komunitas yang beranggotakan 9 orang ini mulai merintis bisnisnya dari event Jejepangan yang diselenggarakan di luar Sumedang.

Baca juga:  Pegiat Anti Narkoba dan Forum Komunikasi Pendidikan Alquran Dikukuhkan, Ini Pesan Bupati Sumedang

“Kami sering ikut event di Bekasi dan Bandung kemudian buka stand. Selalu ada anggota komunitas yang menitipkan barang. Kalau menjual sendiri-sendiri, barangnya bukan merchandise atau miniatur action figure, dan sifatnya perorangan tidak terlalu terikat komunitas.” tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, Iqbal mengatakan mengaku puas karena bisnisnya sangat diminati para pengunjung event.

“Awalnya kami nggak bagi hasil, jadi keuntungan yang didapatkan kami putarkan lagi untuk modal. Tapi untuk barang yang dititip, ada bagi hasil. Sebagian besar kembali ke si pemilik barang, sebagian kecil dimasukkan ke uang kas komunitas kita,” katanya.

Selain berbisnis di event jejepangan, komunitas ini pun mencari tempat alternatif untuk tetap menjalankan bisnisnya tersebut.

Baca juga:  KPM PKH Pangandaran Ini Sukses Kelola Crispy Rumput Laut hingga Tembus Pasar Wisata

“Untuk di luar event jejepangan, anggota menjualkan barang milik Fukkuneko di Car Free Day. Kesulitannya, kami hanya mengincar event-event jejepangan, karena pasar kami banyak di sana,” ujarnya.

Selain kesulitan mencari pasar untuk berbisnis, Iqbal mengaku belum mempunyai toko fisik dan sangat sulit dijangkau penyuka jejepangan, masyarakat sekitar pun masih sedikit peminat.

“Jadi selama kami tidak ikut pada kegiatan event, pemasukan benar-benar agak susah. Solusinya kadang untuk mengisi kekosongan atau butuh pasokan dana, kami mengandalkan bisnis online.

“Tapi sangat jarang terjadi. kami menjalankan bisnis ini tidak diseriuskan seperti bisnis yang semestinya. Karena kami merasa berbisnis di ranah ini adalah hobi,” tuturnya mengakhiri. riany/mg

loading…