Kerja Keras

Kerja Keras
Foto ilustrasi from Pexels

OPINION, ruber.id – Kerja Keras. Amirul Mukminin Umar bin Khathab pernah mengusir sejumlah orang yang tidur-tiduran di dalam masjid.

“Apakah kalian tidak tahu bahwa emas tidak turun dari langit?” tegur beliau.

“Tanam dan bertawakallah!” katanya kemudian sambil menyerahkan biji-bijian untuk ditanam.

Umar memerintah mereka bekerja, untuk mendapatkan rezeki.

Buah Kerja Keras

Tak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Beragam keberhasilan yang dicapai banyak orang adalah buah kerja keras.

Seorang Theodore Herzl bermimpi untuk membangun negara Yahudi Raya yang menjadi tanah air bagi semua umat Yahudi sedunia.

Pertama-tama, ia menuangkan semua gagasannya itu dalam buku yang monumental Der Judenstaat, pada tahun 1896.

Kemudian ia melobi pemerintah Inggris untuk mendapatkan jatah tanah bagi negara Yahudi.

Baca juga:  Proses Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

Ketika tawaran yang diajukan Inggris tidak berkenan, pemerintah Inggris menawarkan Uganda.

Mereka melobi agar Palestina yang menjadi tujuan.

Pemilihan Palestina bukannya tanpa alasan, Palestina diyakini oleh Herzl sebagai “Tanah yang Dijanjikan” dalam Talmud.

Ia berharap, pemilihan Palestina juga membangkitkan sentimen keagamaan umat Yahudi.

Untuk lebih meyakinkan, Herzl memanipulasi ayat-ayat Talmud, agar mendukung rencananya.

Bahkan, menurut sejumlah sejarawan yang telah menganalisa langkah-langkah politik Zionis, munculnya semangat anti-semit diprovokasi oleh kaum Zionis sendiri.

Langkah licik ini dilakukan agar umat Yahudi sedunia, merasa penting dan perlunya keberadaan negara Yahudi sebagai tempat perlindungan bagi mereka.

Meski Herzl mati sebelum melihat tegaknya negara Israel, tapi kerja kerasnya yang mengantarkan eksistensi negara Israel pada tahun 1948.

Baca juga:  Pemdes Nanjungwangi Surian Sumedang, Bangun Jalan Lingkungan dengan Dana Desa

Syarat Keberhasilan

Kerja keras adalah syarat keberhasilan mewujudkan impian.

Seperti teguran Amirul Mukminin Umar bin Khathab RA, kepada para pemalas. Juga, seperti langkah kontroversial Theodore Herzl mewujudkan Israel, semuanya mensyaratkan kerja keras.

Bagi kaum muslimin, resultan atau hasil adalah efek samping, kerja keraslah yang utama.

Bahkan, ketika kerja keras kita belum membuahkan hasil, semuanya adalah menyenangkan.

“Upaya itu sendiri yang menyenangkan kita, bukan kemenangannya,” kata matematikawan Blaise Pascal.

Butuh Perjuangan

Tak ada kemenangan tanpa perjuangan. Untuk mendapatkan kesuksesan ada ‘harga’ yang harus dikeluarkan.

Berharap kesuksesan tanpa bekerja, adalah mimpi di siang hari bolong.

Para ulama menyebutnya sebagai tulul amal, panjang angan-angan. Kita menyebutnya sebagai khayalan.

Baca juga:  I'tikaf: Pengertian, Hukum, dan Keutamaan dalam Islam

Meski kesuksesan pada awalnya adalah impian, tapi ia lalu jadi kenyataan dengan perjuangan.

Sedangkan khayalan, tetap jadi khayalan tanpa usaha.

Ikhtiar Kita

Allah SWT menilai ikhtiar kita semua, bukan hasilnya. Karena Ialah yang menentukan hasil akhirnya.

Firman-Nya: “Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.”

“Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS. at-Taubah: 105). Wallahu a’lam bishshawab.