Kasus Kekerasan dan Pelecehan pada Anak di Pangandaran Naik

Kekerasan Dan Pelecehan
KABID Perlindungan Perempuan dan Anak di DKBP3A Pangandaran Ayi Rohanah menyebutkan angka kasus kekerasan dan pelecehan terhadap anak. smf/ruber.id

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Kasus kekerasan dan pelecehan terhadap anak di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, mengalami kenaikan sejak pandemi Covid-19.

Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau DKBP3A Pangandaran, menerima laporan dan menangani kasus yang muncul di dua tahun terakhir.

Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak di DKBP3A Pangandaran Ayi Rohanah mengatakan, kekerasan dan pelecehan terhadap anak di tahun 2019 sebanyak 10 kasus. Sedangkan di tahun 2020 sebanyak 26 kasus.

Kenaikan kasus dilatarbelakangi penggunaan Handphone yang tidak terkontrol oleh orang tua.

“Sejak pandemi, mayoritas anak menggunakan Handphone. Jika tidak ada pengawasan orang tua sangat berpotensi disalahgunakan,” kata Ayi, Kamis (30/9/2021).

Baca juga:  Karet Mentah dari Pangandaran Tembus ke Semarang

Ayi menuturkan, berdasarkan data pada tahun 2019, kekerasan dan pelecehan terhadap anak sebanyak 10 kasus. Itu terjadi pada anak perempuan.

Pada tahun 2020, kekerasan dan pelecehan terhadap anak sebanyak 26 kasus. 13 kasus di antaranya terjadi pada anak perempuan, 12 lainnya pada laki-laki.

“Langkah kami dalam mengantisipasi kasus tersebut telah memaksimalkan peran Motor Ketahanan Keluarga atau Motekar,” tuturnya.

Motekar sendiri memiliki personel satu orang di setiap kecamatan. Tugasnya memotivasi persoalan keluarga yang terjadi di masyarakat.

“Kendala yang kami alami adalah, kurang sadarnya orang tua dikala terjadi kekerasan dan pelecehan terhadap anak. Lantaran menganggap sebuah aib,” terangnya.

Ayi menyebutkan, penanganan yang dilakukan DKBP3A adalah melakukan pendampingan kepada anak yang jadi korban kekerasan dan pelecehan.

Baca juga:  Kelompok Tani Situ Hiyang di Pangandaran Panen Bawang Merah

“Kami dampingi mereka, anak yang jadi korban agar mental dan psikologinya kembali normal seperti biasa,” sebutnya. (R001/smf)