GAYAIN  

Jangan Panik Saat Anak Demam, Kenali Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

Anak Demam
Foto ilustrasi from Pixabay

GAYAIN, ruber.id – Demam pada anak kerap terjadi. Meski begitu, Anda tidak perlu panik dan perlu langsung membawanya ke dokter atau rumah sakit.

Ada perbedaan demam pada orang dewasa dan anak-anak. Pada orang dewasa terjadi saat suhu tubuh mencapai 38-39 derajat celcius, sedangkan demam pada bayi dan anak-anak terjadi saat suhu tubuh mencapai 37 derajat celcius hingga lebih.

Demam Jadi Pertanda Baik

Hal pertama yang harus Anda ketahui, bahwa demam justru baik. Karena itu, adalah pertanda bahwa tubuh Si Kecil sedang melawan infeksi, meskipun kadang juga bisa diakibatkan oleh penyakit tertentu.

Menentukan demam atau tidak juga harus diukur dengan termometer dan tidak boleh mengandalkan perabaan atau perasaan orang tua saja.

Menurut informasi yang berhasil ruber.id rangkum, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak mengalami demam.

Faktor pertama adalah lingkungan. Bisa lingkungan bermain atau sekolah. Saat main atau sekolah, Anak sering melakukan kontak langsung dengan banyak orang yang mungkin di antaranya sedang tidak sehat.

Terakhir adalah sistem kekebalan tubuh lemah. Kemudian anak yang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Meskipun begitu, ada beberapa penyebab demam pada anak. Yakni infeksi saluran pernapasan yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri; infeksi dan radang pada telinga (otitis); infeksi dan radang pada amandel (tonsillitis); infeksi dan radang pada sinus (sinusitis).

Baca juga:  Cuaca Panas di Pangandaran Pekan Ini Masih Cenderung Normal

Kemudian bisa karena efek samping imunisasi tertentu; virus roseola; diare akibat makanan yang terkontaminasi kuman (gastroentritis); infeksi ginjal; batuk rejan; disentri; tifus; cacar air; demam berdarah; dan malaria.

Penyebab Lain

Penyebab lainnya yakni infeksi saluran kemih; infeksi dan radang pada paru-paru (pneumonia); infeksi dan radang pada selaput otak (meningitis); infeksi darah (septikemia); lingkungan yang panas; serta pakaian yang terlalu tebal atau berlapis-lapis.

Sementara untuk gejala yang menyertai demam, antara lain mudah marah, rewel, dan lesu. Selain itu, suhu tubuh mencapai 37 derajat celcius atau lebih, nafsu makan menurun, menangis lebih sering, bernapas dengan cepat.

Jika kebiasan tidur atau makan anak mengalami perubahan, Anda tidak perlu panik, karena itu sudah biasa jika anak mengalami demam.

Termasuk juga kejang, merasa lebih panas atau lebih dingin daripada orang lain di ruangan yang terasa nyaman, mengalami nyeri tubuh dan sakit kepala dan tidur lebih lama atau mengalami kesulitan tidur.

Gejala-gejala berikut juga bisa terjadi bersamaan dengan demam. Tubuh menjadi lebih lemas dan kesadaran menurun, menjadi sensitif terhadap cahaya terang, reaksinya kurang responsif, lebih sering tidur dan sulit untuk dibangunkan, mengalami kebingungan, dan mengalami gangguan dalam bernapas.

Baca juga:  Tren Warna Cat Tahun 2023, Lebaran Makin Ceria

Anak demam juga biasanya mengalami gejala-gejala dehidrasi seperti jarang buang air kecil, menangis tanpa keluar air mata, dan sedikit berkeringat walaupun udara panas. Tak jarang juga sampai muntah-muntah disertai sakit kepala atau leher yang terasa kaku.

Karena itu, untuk mendiagnosis penyebab demam, dokter pertama-tama akan melakukan wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Apabila diperlukan, dokter dapat meminta untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah dan foto rontgen.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengobati demam pada anak

– Jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan cairan anak, sehingga tidak dehidrasi.
– Beri obat penurun demam yang relatif aman untuk anak, seperti paracetamol atau ibuprofen, sesuai dosis dan petunjuk pemakaian obat.
– Anda harus menjaga suhu ruangan agar tetap nyaman.
– Jangan menggunakan pakaian yang tebal atau gunakan yang tipis agar panas tubuh dapat keluar.
– Rutin memeriksa suhu tubuh anak menggunakan termometer.
– Anak harus istirahat cukup.
– Lakukan kompres dengan air hangat.
– Jangan sampai anak kedinginan atau kepanasan.
– Berikanlah makanan yang mudah dicerna dan yang disukai anak.

Namun demikian, orang tua juga bisa melakukan pencegahan agar anak tidak mengalami demam.

Misalnya, dengan membiasakan mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama sebelum makan, setelah menggunakan toilet, dan setelah berada di dekat orang sakit.

Baca juga:  Staycation: Penjelasan, Manfaat, Ide Kegiatan hingga Tips untuk Menikmatinya

Selalu bawa hand sanitizer saat bepergian untuk berjaga-jaga bila tidak ada air dan sabun. Kemudian, biasakan selalu menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk.

Ajarkan anak untuk menghindari menyentuh mulut, hidung, atau mata dengan tangan yang kotor dan tidak berbagi alat makan dan minum dengan orang lain.

Pergi ke Dokter

Yang perlu diperhatikan adalah kapan sebaiknya Anda pergi ke dokter untuk memeriksakan anak yang demam.

Di sini, Anda disarankan ke dokter apabila anak yang mengalami demam lebih muda dari usia 6 bulan. Atau, anak menjadi lesu, pemarah, muntah berulang kali, mengalami sakit kepala berat atau sakit perut, hingga memiliki gejala lain menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.

Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter jika demam terjadi setelah anak ditinggalkan cukup lama di dalam mobil yang panas, dan sudah berlangsung lebih dari tiga hari.

Jika anak memiliki kontak mata yang buruk, Anda juga disarankan ke dokter. Bahkan, anak yang sudah diperiksa ke dokter, tetapi kondisi lebih buruk atau gejala baru muncul lagi, juga harus ke dokter lagi.

Pengobatan ke dokter juga diperlukan jika anak sering kejang dan memiliki masalah medis yang kompleks atau menggunakan resep obat secara berkepanjangan.