OPINION, ruber.id – Aksi demonstrasi mahasiswa di berbagai daerah selama hampir sepekan yang bertajuk “Indonesia Gelap” adalah buntut akumulasi dari kekecewaan masyarakat terhadap berbagai keputusan pemerintah.
Keputusan tersebut, dianggap merugikan rakyat dan menjadi ancaman bagi generasi muda. Salah satunya, adalah pemangkasan anggaran di berbagai sektor.
OLEH: Yuli Yana Nurhasanah
Imbasnya, terjadi PHK besar-besaran di beberapa daerah, lonjakan harga-harga kebutuhan pokok, kasus gas elpiji 3 kilogram.
Selain itu, sulitnya mencari pekerjaan, dan puncaknya adalah pemangkasan anggaran di sejumlah kementerian oleh pemerintah dengan dalih efisiensi.
Sejumlah pengamat menilai, seharusnya aksi ini disuarakan oleh DPR.
Krisis kepercayaan para akademisi akan lebih besar kepada pemerintah apabila dalam waktu dekat tidak ada perubahan dalam kebijakan pemerintah.
Menteri Sekretaris Negara mengatakan tanggapan Presiden Prabowo terhadap seruan demo mahasiswa; beliau mengungkapkan bahwa pemerintah menerima aspirasi tersebut dengan tangan terbuka dan Presiden Prabowo menghormati 13 tuntutan mahasiswa.
Menurut salah satu mahasiswa, jika pemerintah benar-benar mau menghemat, seharusnya pemangkasan dimulai dari pembentukan kabinet yang efektif dan ramping.
Bukan menambah pejabat atau melantik staf khusus baru, sementara beberapa lembaga dan kementerian yang tidak terkait dengan hajat hidup rakyat dipertahankan anggarannya, seperti Polri dan TNI.
Berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo, banyak yang tidak masuk akal dan terkesan konyol. Di mana, rakyat kecil yang selalu jadi imbasnya.
Pemerintah berdalih semua kebijakan berpihak pada rakyat, lalu rakyat mana yang mereka perjuangkan?
Karena faktanya kebijakan-kebijakan baru pemerintah hanya menyusahkan dan membebani rakyat.
Aksi demo ‘Indonesia Gelap’ yang dimotori oleh kalangan mahasiswa di berbagai daerah memberikan beberapa tuntutan kepada pemerintah.
Sayangnya, tuntutan yang diajukan sejatinya tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. Bahkan, ada yang menawarkan kembali pada demokrasi kerakyatan.
Padahal, penerapan sistem demokrasi lah yang menjadi akar permasalahannya, sehingga khawatir nasib rakyat Indonesia di masa mendatang (Indonesia Gelap).
Kebijakan pemerintah tentang efisiensi anggaran yang menuai kritik dan keributan di ruang publik.
Diduga, layanan publik turut dipangkas anggarannya akibat dari kebijakan efisiensi anggaran. Di mana, sektor ini menyangkut hajat rakyat.
MBG = Ambisi Pemerintah
Efisiensi anggaran terjadi karena ambisi pemerintah; semua hal dikorbankan demi mewujudkan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ya, anak-anak dapat makan gratis walau belum merata, sementara orang tua malah terkena PHK.
Padahal, kebutuhan rakyat bukan hanya makan, dan itu pun hanya satu waktu.
Sementara kebiasaan orang Indonesia, makan itu tiga waktu, belum lagi kebutuhan lainnya. Seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal.
Sementara, PHK massal membayangi para pengemban nafkah, dari mana mereka bisa memenuhi semua kebutuhan itu bila lapangan pekerjaan sulit?
Yang sudah bekerja pun terkena PHK, dan harga kebutuhan pokok melonjak; terkadang sudah mahal, bahkan langka pula.
Program MBG memang tujuannya untuk mengurangi beban ekonomi keluarga miskin dan angka kurang gizi.
Harapan awalnya, program ini bisa jadi solusi, tetapi yang ada malah menambah masalah baru jika pelaksanaannya semrawut.
Masalah baru muncul akibat pemangkasan anggaran yang terkesan buru-buru tanpa perhitungan yang cermat dan akurat berdasarkan data yang ada, yang malah jadi bumerang bagi pemerintah sendiri.
Imbasnya, layanan publik terbengkalai, menghambat rakyat mencari nafkah karena bayang-bayang PHK.
Seperti halnya sarana publik adalah proyek vital yang seharusnya ada perbaikan. Tetapi jadi terhenti, dan masih banyak masalah baru lainnya yang harus diantisipasi pemerintah.
Sejak direalisasikannya program MBG, berbagai masalah muncul dan belum terurai.
Di sini, keseriusan pemerintah wajib dipertanyakan. Semuanya bukan hanya sekadar mengumbar janji kampanye politik.
Dari pendistribusian MBG yang terkesan serampangan tanpa pertimbangan basis data yang akurat, terbukti dengan pemangkasan anggaran tanpa mempertimbangkan sektor yang dipangkas, yang menyangkut keberlangsungan hidup rakyat se-Indonesia.
Aksi demonstrasi mahasiswa adalah bukti kekecewaan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak prorakyat.
Bukan tidak mungkin, sipil juga ikut turun untuk mendampingi mahasiswa dalam aksi demonstrasi jika pemerintah tidak merubah kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat.
Mahasiswa seharusnya melek politik dan kritis, namun juga harus bisa memberikan solusi yang tepat.
Solusi Islam untuk “Indonesia Gelap”
Solusi yang benar hanya dapat ditemukan dalam Islam, yang mengupas tuntas masalah dari akar hingga daun. Bukan mengatasi masalah dengan masalah baru.
Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas semangat amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam.
Karena, hanya dengan penerapan sistem Islam dapat meniscayakan masa depan masyarakat yang gemilang, bukan gelap atau suram.
Untuk itu, pemuda seharusnya bergabung bersama kelompok dakwah ideologis agar dapat mengawal perubahan sesuai dengan contoh Rasulullah SAW.
Yaitu, seperti perubahan masyarakat jahiliyah di Madinah menjadi masyarakat Islam.
Perubahan secara inqilabiyah dan sangat mendasar. Realitas masyarakat memerlukan perubahan yang mendasar, menyeluruh, dan revolusioner.
Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas semangat amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam.
Karena, hanya dengan penerapan sistem Islam dapat meniscayakan masa depan masyarakat yang gemilang, bukan gelap atau suram.
Dengan penerapan Islam, perubahan ini akan terwujud dan membawa cahaya dalam kegelapan sistem saat ini.
Di mana, perubahannya adalah perubahan hakiki, bukan sekadar perubahan rezim atau kepemimpinan. Tetapi, perubahan yang berawal dari akar dan secara sistematis.
Sejatinya, arus perubahan seperti inilah yang harus terjadi pada kaum Muslim saat ini dan di setiap penjuru dunia.
Berubah dari kondisi sistem kapitalisme liberal atau sistem sosialisme komunis menuju masyarakat Islam.
Dengan perubahan inilah yang akan memberi kebaikan untuk masyarakat dan kehidupan alam semesta; Islam bagaikan cahaya di tengah kegelapan. Wallahualam bishawab. ***