Hikmah Khusyuk dalam Salat

Hikmah Khusyuk dalam Salat
Foto ilustrasi from Pexels

OPINION, ruber.id – Hikmah Khusyuk dalam Salat. Nafsu amarah manusia selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat.

Mengendalikan nafsu adalah seperti menggembalakan kuda liar, yang hanya bisa kita kendalikan dengan mengekangnya.

Sehingga, bisa menuruti kehendak si penggembala atau pemiliknya.

Ia dikekang agar bisa digembalakan di padang rumput yang subur.

Jika seorang penggembala berhasil mengikat dan mengendalikan gembalaannya, kuda liar apapun pasti tunduk di bawah kehendaknya.

Sumber Kebahagiaan

Hawa nafsu, memiliki banyak keinginan.

Nafsu yang terkendali merupakan sumber kebahagiaan, sama halnya kekhusyukan dalam salat. Juga merupakan sebab utama diterima atau tidaknya salat seseorang.

Dan salat yang diterima, adalah sumber kebahagiaan yang tak terhingga.

Inilah kebahagiaan abadi yang hanya bisa diraih, oleh orang-orang yang menunaikan kewajiban sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.

Baca juga:  Tobat Setelah Maksiat

Ketundukkan dalam Salat

Ketundukkan seseorang dalam salat yaitu dengan cara mengosongkan dan menyucikan hati dari dosa, serta menghadapkan diri kepada Allah SWT.

Dengan mata hatinya, ia melihat keagungan Sang Pencipta, seolah-olah ia melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Khusyuk dalam salat, dengan cara memusatkan hati dan kesenyapan seluruh anggota tubuh, merupakan bentuk keimanan yang sempurna.

Khusyuk Mengagungkan Allah

Aisyah meriwayatkan bahwa: “Nabi Muhammad SAW berbincang-bincang bersama kami. Bila tiba waktu salat, seolah-olah tidak mengenal kami dan kami pun tidak mengenal beliau. Karena begitu khusyuknya mengagungkan Allah.”

Nabi SAW bersabda: “Allah tidak akan melihat salat seseorang yang tidak mampu menghadirkan hati dalam gerakan tubuhnya.”

Baca juga:  Seruan Mulia untuk Pemuda

Nabi Ibrahim AS, bila sedang menunaikan salat, seakan mendengar gemuruh. Dadanya bergetar, saking kekhidmatannya dalam salat.

Tubuh Imam Ali bin Abi Thalib

Sementara itu bila tiba waktu salat, tubuh imam Ali bin Abi Thalib bergetar dan wajahnya memerah.

Ketika ditanya, “Apa yang terjadi wahai amirul mukminin?”

Beliau menjawab: “Sudah tiba saat ketika Allah menyerahkan amanat pada langit, bumi dan gunung. Mereka menolak mengembannya, karena merasa terlalu berat memikulnya.”

Rasulullah SAW, pernah melihat seseorang mempermainkan jenggotnya ketika salat.

Beliau bersabda: “Andai hatinya khusyuk, niscaya anggota tubuhnya pun akan berdiri penuh khidmat.”

Dua Rakaat yang Khusyuk

Ibnu Abas berkata: “Dua rakaat salat yang khusyuk adalah lebih baik, dari salat sepanjang malam dengan hati yang terpencar.”

Baca juga:  Kontestasi Pemilu 2019 dan Tasawuf Politik

Al Ghozali menuturkan: “Untuk mendapat kekhusyukan hati ketika salat. Hendaknya, seseorang mulai menghayati makna-makna dari setiap kegiatan yang telah ia lakukan menjelang salat.”

Panggilan Malaikat

Ketika mendengar adzan, seseorang hendaknya membayangkan adzan sebagai panggilan malaikat di hari kiamat.

Panggilan ini, hendaknya segera kita sambut dengan mempersiapkan diri.

Dan panggilan yang penuh kelembutan ketika disertai dengan perasaan bahagia adalah tanda-tanda akan mendapatkan anugerah besar di hari yang berat kelak.

Inilah hikmah khusyuk dalam salat. Anjuran khusyuk ini menjadi sumber, gerbang rahmat, dan kebahagiaan abadi.

Mudah-mudahan, Allah menjadikan kita termasuk di antara orang-orang yang khusyuk dalam salat. Wallahu a’lam bishshawab.