Hadapi New Normal, Sosiolog Unas: Gagasan Rektor IPB Krusial

JAKARTA, ruber.id – Pandemi COVID-19 telah menyebabkan ketidakpastian terhadap seluruh lini kehidupan masyarakat.

Untuk itu, diperlukan kebersamaan dalam menghadapi dampak dari virus corona yang mewabah ini.

Rektor IPB Arif Satria menjelaskan senjata paling utama pada masa New Normal saat ini yakni kepercayaan dari sejumlah sisi. Yaitu pusat-daerah, politik-sains, kota-desa.

“Ketiganya menjadi sebuah tantangan tersendiri,” jelasnya, Rabu (11/6/2020).

Arief menyebutkan, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah sempat mengalami penurunan kepercayaan.

Terbukti, kata Arief, dari hasil komunikasi yang ia jalin dengan sejumlah kepala daerah.

Di mana trust (kepercayaan) antarkomponen pusat dan daerah dalam posisi lampu kuning.

“Saya sempat berkoordinasi dengan kepala daerah. Bagaimana mereka merasakan kebatinan saat menghadapi aturan pusat yang berada di luar konsep mereka,” ucapnya.

Baca juga:  Sejumlah Pembangkit di Jawa Gangguan: DKI Jakarta, Jabar, Banten Padam

Kemudian, kata Arief, hubungan antara ilmu pengetahuan dan politik. Hal ini memengaruhi pengambilan kebijakan.

Karena dalam kasus COVID-19 ini yang menjadi fokus permasalahan maupun dampak adalah kesehatan dan ekonomi masyarakat.

“Di sini peran ilmu pengetahuan jadi tumpuan,” jelas Arief.

Sementara itu, Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Erna Ermawati Chotim menyatakan, pemikiran Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Arif Satria ini sangat krusial.

Erna menilai, wabah corona ini harus jadi momentum saling sinergi semua pihak.

“Basis kepercayaan harus terlindungi. Khususnya saat pemerintah mengambil suatu kebijakan,” katanya.

Erna menjelaskan, dalam sosial kapital bisa menguat, bahkan tergerus untuk situasi tertentu.

Contohnya saja, kata Erna, saat elit politik memengaruhi suatu kebijakan.

Baca juga:  Kecewa! Dijaga Ketat Aparat, Mahasiswa Garut Gagal Sampaikan Unek-unek kepada Jokowi

“Ini secara tidak langsung memengaruhi modal sosial masyarakat,” jelasnya.

Erna menjelaskan basic trust ini harus dilindungi, dan masyarakat harus pula mengawal.

“Lalu peran akademisi saya rasa juga dimajukan. Hal ini supaya memberikan input dan fokus yang bisa diambil sebagai kebijakan ke depan,” ujarnya. (R007/Moris)

BACA JUGA: Rektor IPB: Momen Pandemi Corona Harus Jadikan Indonesia Mandiri Pangan