BERIRA SUMEDANG, ruber.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) sudah dua kali membangun situ atau danau di kampus Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Yakni, pada 2013 dan 2014. Sekilas mungkin tak ada kesan istimewa dari kedua situ tersebut.
Tapi jangan salah, dua situ di kampus ITB Jatinangor tersebut ternyata memiliki fungsi dan manfaat cukup besar untuk masyarakat di sekitar.
Selain untuk kepentingan riset, juga bisa difungsikan sebagai embung.
Menurut penggagas pembangunan situ, Indratmo Soekarno, kedua danau itu memiliki peran penting.
Selain untuk keperluan riset, juga bagi lingkungan sekitarnya.
Sehingga, memperkuat konsep ITB sebagai green campus.
Situ tersebut, berada di dua lokasi, yakni di hulu dan di hilir.
“Yang berada di hulu, situ memiliki fungsi akademik dan penyelamatan sumber daya air.”
“Situ itu bisa menampung sebanyak 25.000 meter kubik air.”
“Pembuatannya memang lebih didahulukan, itu untuk memenuhi kebutuhan air di kampus ITB di Jatinangor,” ungkap Indratmo, Kamis (24/1/2019).
Menurut Indratmo, kedua situ itu dibangun ketika dirinya menjabat Ketua Tim Pengembangan Multi Kampus ITB Jatinangor.
“Awalnya, situ itu kami bangun karena kebutuhan air secara mandiri.”
“Ke depan, kami sudah merancang untuk membangun sumber yang airnya dapat langsung diminum,” katanya.
Kebutuhan Irigasi dan Pengairan
Indratmo menjelaskan, kedua situ juga berfungsi untuk kebutuhan irigasi atau pengairan.
Peran situ itu penting, karena ITB memiliki prodi teknik pengelolaan sumber daya air dan rekayasa pertanian.
Untuk itu, diperlukan semacam laboratorium lapangan untuk melakukan riset terkait irigasi.
Manfaat lain kedua situ kampus itu adalah untuk membuat model pembangkit listrik mikro hidro. Walaupun, untuk menjadi pembangkit masih dalam proses rancangan.
“Manfaat lainnya, air situ bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan semua laboratorium yang ada.”
“Dengan adanya situ, saya juga berharap bisa memperbaiki kondisi muka air tanah bagi lingkungan sekitar, yang muka air tanahnya mengalami penurunan,” tuturnya.
“Situ yang terletak di hulu juga dapat digunakan bagi kepentingan praktikum hidrometri.”
“Jadi, mahasiswa teknik (pengelolaan) sumber daya air, teknik sipil, dan mahasiswa teknik lingkungan bisa praktikum.”
“Bagaimana, mengaplikasikan pengukuran penampang suatu situ, sungai, juga mengukur kecepatan aliran,” kata Guru Besar pada Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) itu.
Masih ada fungsi lainnya, yakni situ di hilir yang berlokasi di dekat pintu gerbang utama kampus, memiliki daya tampung hingga 30.000 sampai 35.000 meter kubik.
Sehingga, bisa berperan sebagai pengendali banjir di musim hujan.
Dulu, masyarakat di Desa Sayang di sebelah hilir kesulitan air minum yang diakibatkan menurunnya sumur air tanah.
Sementara, di musim hujan, mereka mengalami kebanjiran.
“Nah, situ di hilir itu memiliki fungsi menaikkan muka air tanah. Sehingga, sumur-sumur yang mengering akan memiliki air lagi. Banjir juga berkurang,” katanya.***