Damas Tasikmalaya Gelar Ritual di Hari Bahasa Ibu

Damas Tasikmalaya Peringati Hari Bahasa Ibu
Anggota Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS) Cabang Tasikmalaya, dalam acara Ritual atau Riungan Virtual, Senin (21/2/2022) malam. andy/ruber.id

BERITA TASIKMALAYA, ruber.id – Memperingati hari Bahasa Ibu Internasional 2022, Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS) Cabang Tasikmalaya, menggelar Ritual atau Riungan Virtual budaya yang dihelat dengan cara hybrid.

Para peserta diskusi sebagian mengikuti dengan cara daring, lainnya dengan cara luring di sekretariat DAMAS, Jalan Lingkar Dadaha, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin, 21 februari 2022, malam.

Diskusi budaya itu bahkan dituangkan dalam terjemahan bahasa “Sunda Miéling Poé Basa Indung Sadunya” dengan tajuk “Gunem catur, nengetan obrolan budak jaman kiwari”.

Mendiskusikan cara komunikasi generasi muda zaman sekarang menggunakan bahasa Sunda.

Kegiatan dikemas dengan penuh keakraban, dentingan kecapi dan tiupan seruling mengiringi kawih sekar Damas di sela diskusi.

Selingan itu sengaja disuguhkan untuk para peserta diskusi yang menyaksikan melalui siaran langsung beberapa platform media sosial.

Dalam diskusi yang digelar hanya dua jam, mulai dari pukul 19.00-20.00 WIB itu, menghadirkan pembicara perwakilan dari tiga angkatan di antaranya: angkatan 24 (Sunda Jaya); 25 (Sayunuan); dan angkatan 26 (Gurat Batu).

Para pembicara menganggap penggunaan bahasa Sunda kini makin carut-marut lantaran generasi muda merasa lebih percaya diri untuk menggunakan bahasa nasional ketimbang bahasa ibu (Sunda).

Mereka beralasan, menggunakan bahasa daerah itu sulit dipahami dan sulit diucapkan.

Bahasa Ibu Dimulai dari Lingkungan Keluarga

Ihwal penggunaan bahasa, Andri Candiaman, Sepepuh Pangurus XII (Ketua Damas XII) menjelaskan, pendidikan utama dalam penggunaan bahasa ibu, hendaknya dimulai dari lingkungan keluarga.

“Angan pernah malu atau takut salah (saat) berbicara bahasa Sunda,” imbuh Andri.

Problematika penggunaan bahasa Sunda ini, kata dia, bukan hanya dari kalangan anak remaja di Tasikmalaya saja.

Bahkan di daerah lain di luar Jawa Barat, kalangan remaja hingga dewasa mengalami permasalahan serupa.

Keluhan senada diungkapkan Susanto yang akrab disapa Kang Usan, Pengurus DAMAS Bidang Seni Budaya.

Bahasa Sunda, imbuhnya, lebih baik digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Untuk undak-usuk atau tata bahasa mesti dipertajam di dalam ranah pendidikan.

“Banyaknya makna pada sebuah kata dalam bahasa Sunda menjadi kekayaan ragam yang tidak mudah dipelajari. Kecuali kalau dibiasakan untuk dilafalkan,” jelasnya.

Ragam bahasa yang dimiliki bangsa ini menjadikan salah satu ciri budaya bangsa yang harus terus dilestarikan, agar identitas budaya tetap bertahan dan tidak hilang ditelan zaman.

Peringatan Hari Ibu Tak Sekadar Seremonial

Para sesepuh DAMAS berharap, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional tak hanya sekadar seremonial.

Namun, dijadikan jembatan bagi masyarakat agar dapat mengenali, mencintai, dan menjadi kebanggan bersama memiliki bahasa daerah.

Penetapan hari Bahasa Ibu Internasional oleh UNESCO diperingati setiap 21 Februari.

Kerap diperingati berbagai kalangan seniman, budayawan, pemerhati bahasa, organisasi atau kelompok (komunitas), agar mencintai serta melestarikan bahasa ibu (bahasa daerah).

Penulis: Andy Kusmayadi