PANGANDARAN, ruber — Salah satu anak putus sekolah bernama Ahmad Setiawan, 13, warga Dusun Cibeureum, Desa Cibadak, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis ini harus putus sekolah sejak duduk di bangku kelas 2 SD.
Ahmad, putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mampu dan kondisi fisik ayahnya, Ade yang sering sakit-sakitan, bahkan pernah mengalami lumpuh.
Harapan memperbaiki ekonomi dengan cara menjadi pemulung di Pangandaran menjadi pilihan keluarga Ahmad.
Keluarga Ade, sebanyak 4 anggota keluarga memilih Pangandaran sebagai mata pencaharian sebagai pemulung.
“Setiap hari saya keluar rumah jam 12.00 WIB untuk memungut barang bekas sambil mengasuh adik saya bernama Dimas Saputra yang baru berusia 7 tahun,” kata Ahamd kepada ruber, Jumat (26/7/2019).
Ahmad menambahkan, Ibunya, Iyen biasanya pagi hingga siang memungut barang bekas di sekitar objek wisata Pangandaran dan bergantian dengannya.
“Kalau Ibu saya mencari barang bekas pagi, saya siangnya sambil mengasuh adik,” tambahnya.
Saat diwawancarai, tampak raut muka yang polos dan Ahmad menjawab beberapa pertanyaan dengan jujur tanpa direkayasa.
“Sebenarnya saya ingin sekolah, tetapi tidak punya biaya. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk makan sehari-hari juga sulit,” jelasnya.
Ahmad mengaku, hasil dirinya memungut barang bekas dan sampah dikumpulkan di rumah kontrakan dan dijual ke salah satu pengepul.
“Uang dari hasil rongsokan yang kami pungut digunakan untuk kebutuhan hidup keluarga,” akunya.
Ahmad mengaku, ayahnya menginginkan dia untuk sekolah tetapi belum terkumpul biaya.
“Bapak pernah bilang ke saya suruh sekolah lagi kalau sudah terkumpul biaya mudah-mudahan bisa terlaksana,” ucapnya. smf
Foto: AHMAD, 13, anak putus sekolah jadi pemulung sambil mengasuh adiknya, Jumat (26/7/2019). smf/ruang berita
,
