BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Goa Bau menjadi salah satu unit usaha yang dimiliki Desa Kertayasa di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sejak tahun 2012.
Desa Kertayasa di Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran ini, berhasil meraih juara pertama sebagai desa wisata tingkat nasional tahun 2019.
Lomba Desa Wisata Nusantara
Prestasi tersebut didapatkan dalam event lomba Desa Wisata Nusantara yang digelar oleh Kementerian Desa dan penganugerahan diserahkan di Sleman, Yogyakarta pada 10 Desember 2019.
Tak sekedar menorehkan prestasi, desa wisata di Pangandaran ini juga meraup keuntungan ratusan juta rupiah per bulan.
Ketua BUMdes di Desa Kertayasa Teten Sutarjo mengatakan, BUMDes yang dikelolanya sempat mendapat keuntungan di tahun 2015 sebesar Rp175 juta.
Berkat hasil kerjasama antara pengelola dan tim BUMDes, kata Teten, pendapatan di tahun berikutnya terus meningkat dan mendapat keuntungan yang stabil.
“Kalau dirata-ratakan di tahun berikutnya itu penghasilan mencapai Rp300 juta per bulan,” kata Teten saat ditemui ruber.id, Kamis (25/6/2020).
Semula, inspirasi pengelolaan goa bau dimaksimalkan oleh masyarakat secara gotong royong dengan tekad mengoptimalkan potensi pesona alam yang dimiliki.
Berkaca semenjak dibukanya objek wisata Green Canyon pada tahun 1993, warga Desa Kertayasa memiliki tekad untuk melakukan inovasi dan pemanfaatan Goa Bau.
Modal pertama merintis BUMDes, kata Teten, dianggarkan dari Dana Desa senilai Rp50 juta pada 27 Nopember 2012.
Diakhir pembukuan tahun 2013, baru bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp60 juta.
Setiap tahun, pendapatan BUMDes terus mengalami peningkatan yang signifikan dan mampu membuka unit usaha lainnya.
Beberapa unit usaha yang berhasil dikembangkan di antaranya, jasa wisata, body rafting, kios desa, warung BUMdes, penyewaan perahu, foto copy dan BRI link.
Seiring berkembangnya unit usaha tersebut, secara otomatis dapat mengikis tingkat pengangguran masyarakat sekitar.
“Kultur masyarakat di desa kami itu bertani, setelah unit usaha BUMDes berhasil berkembang, maka pelaku usahanya adalah warga setempat,” ujarnya.
Teten menuturkan, unit usaha yang dikembangkan BUMDes merupakan usaha yang belum ada di masyarakat, hal itu merupakan salah satu upaya agar tidak terjadi persaingan.
Kiprah BUMDes Kertayasa Pangandaran
BUMdes di Desa Kertayasa semula dikelola oleh 9 orang dan berhasil mempekerjakan 150 warga setempat sebagai tim yang menjadi marketing serta pemandu wisata.
Sebagaian besar masyarakat di desa tersebut mengenyam pendidikan SLTP dan SLTA. Mereka lebih memilih terlibat menjadi pekerja di unit BUMDes.
Tak sedikit pula warga di Desa Kertayasa yang menimba ilmu hingga Perguruan Tinggi untuk mengejar karir ke luar daerah.
“Kesuksesan dalam pengelolaan BUMDes ini belajar dari permasalahan yang terjadi dan berhasil diperbaiki,” tuturnya.
Sehingga, pengelola dan tim yang tergabung di BUMDes memiliki komitmen untuk terus maju dan tidak mengulangi kesalahan yang sempat terjadi.
Desa wisata ini paling tidak dikunjungi 1.500 hingga 2.000 orang/bulan yang berasal dari Bandung dan Jakarta, bahkan luar negeri.
Tarif wisata body rafting yang ditawarkan ke pengunjung, kata Teten, sebesar Rp200.000 untuk trek pendek dan Rp225.000 trek panjang.
Selain itu, pihak BUMDes memberikan peluang usaha ke warga untuk sarana penunjang tempat menginap bagi pengunjung yang datang (Home Stay) dengan tarif Rp500.000.
Tak hanya di bidang pariwisata, kreativitas masyarakat pelaku UMKM juga diberdayakan dengan cara memasarkan cendera mata hasil kerajinan warga.
Seperti gantungan kunci kolotok kebo, gantungan kuncil golok hingga kerajinan berbahan dasar anyaman.
Wacana ke depannya, kata Teten, BUMDes akan mengeksplorasi potensi pupuk organik dari sisa kotoran hewan untuk kebutuhan pupuk masyarakat.
Teten menyebutkan, dirinya tidak pernah mengira bakal menjadi juara Desa Wisata tingkat nasional di tahun 2019.
“Kami mengikuti event itu niatnya sebagai ajang promosi saja supaya dikenal, tak sangka malah jadi juara,” sebutnya.