EKBIS  

Bisnis Double B, Warga Sumedang Sudah Mandiri Sejak SMA

Berbisnis Double B, Remaja Sumedang Mandiri
Foto from Pixabay

BERITA SUMEDANG, ruber.id – Jika mayoritas saat ini yang menjalani bisnis sampingan adalah mahasiswa, lain halnya dengan Sarah Sampepadang.

Meskipun baru duduk kelas 3 SMA Sumedang, ia sudah membuktikan bisa eksis berbisnis brownies bakar dan bolu kukus (double B).

Latar Belakang Berwirausaha

Latar belakang ingin belajar berwirausaha sejak dini dan ingin membantu orang tua, bisnis yang dijalankan bersama ibunya sudah berjalan sekitar 2.5 tahun.

Sarah juga, telah memiliki brownies bakar dengan beraneka varian rasa.

“Jualan brownies bakar rasa coklat dan coklat putih harga 2.000, greentea harga 2.500.”

“Kalau bolu kukus harga 1.500,” ujarnya kepada ruber, Selasa (22/1/2019).

Selain menjajakan brownies bakar dan bolu kukusnya dengan berkeliling dari kelas ke kelas di sekolahnya. Sarah juga dibantu oleh teman-temannya yang ingin berbisnis dari sekolah yang berbeda.

Baca juga:  Persaingan Usaha Makin Ketat, bank bjb Bekali UMKM Strategi Khusus

“Ada temen-temen yang mau ikut join. Semenjak aku kelas 12, bisnis double B aku turunkan ke adik kelas.”

“Adik kelasku ini keren karena hampir setiap hari selalu habis cepet, dan dia aktif di sekolah,” ujarnya.

Brownies bakar dan bolu kukus yang laris sampai 100 buah per hari ini, sangat murah meriah untuk kalangan pelajar.

Dalam hal ini, ia menggunakan bahan berkualitas baik untuk bisnisnya.

“Dua-duanya laris sih, karena kan selera konsumen beda-beda.”

“Dan puji Tuhan, semua pada suka produk aku, karena aku kalau jualan nggak mau yang asal.”

“Aku pakai bahan-bahan yang premium jadi enak tapi tetap harganya terjangkau,” tuturnya.

Sarah mengaku sejak menduduki kelas 1 SMA dan mulai berbisnis, ia sudah tidak meminta uang jajan kepada orang tuanya dan belajar menabung.

Baca juga:  Bank bjb Syariah Dilirik Investor Besar, Perkuat Infrastruktur Digital

“Kalau ada bayar uang kaos ekskul, uang iuran, puji Tuhan aku bisa bayar sendiri.”

“Dan waktu kelas 2 SMA, aku disaranin ayah untuk ambil kredit motor yang cicilannya Rp700.000 per bulan. Dari situ, aku belajar nabung,” akunya.

Pantang pulang sebelum habis telah menjadi keseharian Sarah, agar produknya laris dan dikenal banyak orang. Harus ramah terhadap pelanggan juga.

“Pastinya, harus berani ngomong dan pinter merayu, karena orang nggak akan tahu produk kita kalo kita cuma diem-diem bae,” tambahnya.

Jadi Pedagang Harus Bisa Sabar

Saat pembeli sepi, kata Sarah, harus banyak bersabar karena banyak pelajar lain yang berbisnis juga sepertinya.

“Aku selalu percaya ‘rejeki mah moal patuker’ jadi dibawa enjoy. Mencoba, mencoba dan mencoba.”

Baca juga:  QRIS, Solusi Pembayaran Elektronik, Mengubah Lanskap Transaksi Keuangan di Indonesia

“Karena kalau kita nggak nyoba, kita nggak akan tahu hasilnya. Jangan lupa dibarengi doa dan survei pasar.”

“Apa yang bakal banyak diminati, dan atur-atur uangnya jangan sampai habis dipake jajan doang,” ujarnya.***