Batik Dahon Ecoprint, Digagas Perajin Pangandaran

Batik Dahon Ecoprint, Digagas Perajin Pangandaran
Foto R001/ruber.id

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Batik merupakan kain khas Indonesia, Batik Dahon Ecoprint, merupakan gagasan dari pengrajin Pangandaran dengan tujuan agar ramah lingkungan.

Ada banyak model dan motif, yang sangat indah tercipta dari kreativitas tangan para ahli dari berbagai belahan nusantara.

Selain memiliki banyak model dan motif, para perajin batik juga telah banyak menghasilkan inovasi.

Seperti inovasi yang dilakukan Elin Herlina, warga Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat yang satu ini membuat batik dengan bahan pewarna dari bahan dasar tumbuh-tumbuhan.

Pembuatan warna batik tersebut populer disebut masyarakat dengan nama batik dahon yang menggunakan metode pembuatan ecoprint.

Penggagas batik dahon ecoprint Elin Herlina mengatakan, dengan pembuatan batik tersebut, ia yakin akan meminimalisasi pencemaran lingkungan hidup.

Baca juga:  Asmara Ditolak, Motif Pelaku Bunuh IRT asal Pangandaran

“Pembuatan batik menggunakan bahan pewarna sintetik dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.”

“Maka solusinya, adalah metode ecoprint,” kata Elin kepada ruber.id, Rabu (23/10/2019).

Elin menjelaskan, pewarna batik dahon ecoprint yang diproduksi olehnya menggunakan bahan dari kulit buah, kulit kayu, dan biji-bijian.

“Untuk motif batiknya sendiri, kami menggunakan berbagai dedaunan, baik yang sudah gugur atau masih segar,” jelas Elin.

Ciri Khas Batik Hasil Produksi Elin

Elin menerangkan, buah dahon atau kiwel merupakan buah dari pohon palem nipah yang tumbuh di air payau atau biasa tumbuh di hutan mangrove.

“Andalan ciri khas batik kami untuk pewarnaan adalah dari buah dahon sebagai pewarna unggulan,” terang Elin.

Baca juga:  Hari Keempat Pencarian, Nelayan Hilang Ditemukan

Elin menuturkan, cara untuk proses pembuatan pewarna dari buah dahon yaitu dengan cara diekstraksi atau diambil bahan-bahan pewarnanya.

“Kain yang telah mendapat perlakuan terlebih dulu dicelupkan ke dalam larutan pewarna dari buah dahon untuk mendapat warna,” tutur Elin.

Elin menerangkan, motif dan corak untuk produksi batik jenis ini bisa mendesain sesuai selera daun yang diinginkan.

“Satu lembar kain batik bisa menghabiskan waktu tiga hari sejak awal pembuatan hingga hasil maksimal sesuai yang diinginkan,” terang Elin.

Kini, batik dahon ecoprint hasil produksi Elin sudah populer dan beredar di pasaran ke berbagai daerah.

“Harga penjualan bervariasi sesuai dengan bahan kain dan juga tingkat kesulitan pewarnaan. Kami jual mulai dari harga Rp200.000 hingga Rp1 juta,” kata Elin.