BERITA GARUT, ruber.id – Pemkab Garut melaksanakan kick off Program TOSS (Temukan, Obati, Sayangi balita Stunting).
Launching tersebut digelar bersamaan dengan apel gabungan terbatas di Lapangan Sekretariat Daerah (Setda), Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Senin, 18 Juli 2022.
Dalam kesempatan ini, Bupati Garut Rudy Gunawan menyampaikan, Kabupaten Garut saat ini memiliki Pekerjaan Rumah (PR) besar.
Di mana, angka kemiskinan di Kabupaten Garut semakin naik. Akibat, adanya masa pandemi Covid-19.
Rudy menyebutkan, sebelumnya, pihaknya menargetkan di tahun 2022 ini angka kemiskinan di Kabupaten Garut berada di angka 6%.
“Kita di (tahun) 2020, sudah di angka 8.8%. Sedangkan, kami optimis tadinya bahwa di 2023 angka kemiskinan di Garut menembus 5%.”
“Tapi faktanya, hari ini masih di 10.6%. Artinya, kita harus bekerja keras. Seluruh stakeholder untuk melakukan penurunan angka kemiskinan,” ucap Rudy
Rudy menjelaskan, dampak dari kemiskinan ini, timbulnya kasus stunting di Kabupaten Garut.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72/2021. Tentang Percepatan Penurunan Stunting, semua potensi yang berhubungan dengan keuangan daerah difokuskan. Untuk menangani masalah stunting.
Pemkab Garut Anggarkan Rp6 Miliar untuk Penanganan Stunting
Rudy mengatakan, pihaknya telah menganggarkan dana sebesar Rp6 miliar. Dari BTT (Belanja Tak Terduga) untuk penanganan stunting.
“Saya, adalah bupati di Jawa Barat satu-satunya yang mempunyai pemikiran anggaran yang pro terhadap kemiskinan dan stunting.”
“Saya berbicara di forum Jawa Barat, bahwa hanya Garut yang berani menggeserkan dana BTT (Belanja Tak Terduga) untuk kepentingan pengobatan. Pengobatan, harus dilakukan oleh negara,” ujarnya.
Rudy mengajak, para Aparatur Sipil Negara (ASN) beserta stakeholder lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam program TOSS. Khususnya, program sayangi yang nantinya akan dilakukan.
Rudy menegaskan, ini merupakan komitmen dari Pemkab Garut untuk menyelesaikan masalah stunting. Berdasarkan PP Nomor 72/2021.
“Tentu, hari ini kita juga ingin mau memberikan aspek-aspek kemanusiaan. Seperti itu nanti forum Garut sehat, pengusaha-pengusaha, APBD.”
“Ada kalangan-kalangan Agnia lainnya, pengusaha-pengusaha restoran apapun. Bersatu padu selesaikan yang 8000 orang, by name by address. Nanti, kita buat administrasinya secara baik,” jelasnya.
Angka Stunting Garut 15.6%
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, dr. Maskut Farid menyampaikan, saat ini kondisi stunting di Kabupaten Garut berada di angka 15.6%.
Angka tersebut, berdasarkan data penimbangan dan pengukuran balita yang dilaksanakan Bulan Penimbangan Stunting (BPS) pada Juni lalu.
Berbeda, dengan hasil survei menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sebelumnya yaitu 35.2%.
Maskut menuturkan, Program TOSS ini merupakan program lanjutan setelah BPS. Dalam rangka mengobati balita stunting, serta mencegah timbulnya kasus stunting baru di Garut.
“Sehingga, program-program ini minimal ada 4 kegiatan dari mulai PMT (Pemberian Makanan Tambahan).”
“Kemudian juga lingkungan, juga Layanan kesehatan. Terutama untuk bumil, bulin dan nifas kita perbaiki dan juga masalah-masalah dengan penyakit balita dan juga penyakit penyertanya keluarganya,” ucapnya.
Maskut menjelaskan, rangkaian dari program TOSS ini sudah mulai dilakukan. Terutama, pada program Temukan dan Obatin.
Ia menyampaikan, Program Obatin ini akan berlangsung selama 6 bulan sampai pada bulan Desember nanti.
Kemudian, launching Program “Sayangin” 2-3 bulan berikutnya.
“Dan juga, kita nanti akan launching lagi kira-kira di 2-3 bulan ke depan untuk program Sayangin.”
“Jadi, melibatkan semua masyarakat setelah pemerintah turun untuk betul-betul membantu gotong royong. Tadi sama bupati untuk menyayangi orang-orang yang stunting ini,” ujarnya.
Maskut menjelaskan, stunting ini merupakan permasalahan yang tidak mudah karena menyangkut beberapa sektor mulai dari lingkungan, ekonomi, pendidikan dan lainnya, tidak seperti penyakit biasa yang diobati kemudian sembuh.
Maka dari itu, ia berharap angka stunting di Kabupaten Garut dapat berangsur menurun berada dibawah rata-rata nasional yaitu 14%.
“Sehingga, harapannya stunting ini di Garut tidak sebesar yang sekarang bisa turun. Kalau nasional di bawah 14% dan juga secara umum kondisi kehidupan masyarakat di desa-desa. Atau di lokus-lokus stunting ini meningkat. Sehingga harapannya, lebih sejahtera sehingga tidak timbul stunting baru,” ucapnya.