Atasi Masalah Sampah, Pemkot Bandung Jajaki Kolaborasi dengan Perusahaan Tiongkok

Pemkot Bandung Jajaki Kolaborasi dengan Perusahaan Tiongkok
Dok. Diskominfo Kota Bandung

BERITA JAWA BARAT, ruber.id – Pemkot Bandung tengah menjajaki potensi kerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok, Qinglv Environment, dalam upaya meningkatkan sistem pengelolaan sampah kota.

Perusahaan yang telah berpengalaman di bidang teknologi pengolahan sampah sejak 2009 ini, menawarkan solusi inovatif melalui teknologi mini sorting plant.

Teknologi ini, diklaim mampu menyortir hingga 100 ton sampah per hari di lahan sempit seluas 1.600 meter persegi.

Chairman Qinglv Environment, Wu Jianyang menyampaikan, perusahaannya telah sukses mengembangkan berbagai fasilitas pengelolaan sampah di sejumlah kota besar di Tiongkok. Termasuk, di kawasan padat seperti Guangzhou.

Teknologi mereka mengandalkan sistem pemilahan otomatis, kecerdasan buatan (AI), serta mesin buatan sendiri yang dikembangkan secara mandiri.

“Fasilitas kami mampu menyortir sampah dengan efisien di ruang terbatas. Bahkan, untuk sampah lama yang telah tertimbun di landfill selama puluhan tahun,” jelas Wu saat kunjungan ke Balai Kota Bandung, Jumat (25/7/2025).

Baca juga:  Peringatan HUT ke-79 RI dan Hari Jalan 2024, Kementerian PUPR Gelar Electric Karting Race 2024

Sistem yang ditawarkan Qinglv disebut mampu memanfaatkan kembali hingga 90 persen dari material sampah yang diproses.

Hal ini, dinilai cocok untuk Kota Bandung yang memiliki keterbatasan lahan.

Namun, di sisi lain harus mengelola volume sampah harian yang bisa mencapai 1.800 ton.

Farhan Sambut Baik Potensi Kerja Sama dengan Perusahaan Tiongkok

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyambut baik potensi kerja sama tersebut.

Ia menilai, pendekatan teknologi seperti yang ditawarkan Qinglv Environment dapat menjadi solusi konkret. Di tengah keterbatasan lahan dan tingginya produksi sampah di Bandung.

“Kapasitas 100 ton per hari di atas lahan yang relatif kecil sangat relevan bagi kondisi kita. Ini bisa jadi solusi jangka menengah yang cepat diterapkan,” ujarnya.

Baca juga:  Di Hadapan Peserta Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa, Wabup Garut Bicara Kepemimpinan

Farhan juga menegaskan bahwa Kota Bandung tidak akan bergantung pada satu teknologi pengolahan sampah saja. Seperti waste-to-energy, melainkan akan membangun ekosistem pengelolaan yang terbuka dan inklusif.

Ia mendorong integrasi berbagai teknologi berskala menengah dan kecil agar penanganan sampah bisa berjalan lebih cepat dan merata.

Dalam diskusi, beberapa tantangan turut dibahas. Seperti kualitas plastik yang rendah dan masalah operasional seperti air limbah dari truk pemadat.

Delegasi Qinglv menjelaskan, meski sistem mereka tidak memerlukan proses pengeringan, tetap dibutuhkan tahap pembersihan plastik sebelum dapat didaur ulang secara optimal.

Selain menyortir sampah, teknologi Qinglv juga memungkinkan konversi sampah menjadi Solid Industrial Fuel (SIF) dan kompos, serta penjualan bahan daur ulang yang bernilai ekonomis.

Baca juga:  Masakan Autentik Vietnam di Kota Bandung, di Sini Tempatnya!

Selama kunjungan di Bandung, delegasi Qinglv akan meninjau beberapa lokasi pengelolaan sampah.

Seperti Cicukang Holis, Gedebage, Tegalega, dan Nyengseret untuk menilai secara langsung kondisi lapangan dan menyesuaikan teknologi yang paling tepat diterapkan.

Farhan berharap penjajakan ini dapat membuka jalan bagi sistem pengelolaan sampah yang lebih modern, efisien, dan ramah lingkungan.

“Kami sedang membangun ekosistem baru. Jika kerja sama ini bisa menjamin masa depan lingkungan dan kesehatan anak cucu kita, maka ini adalah langkah penting yang layak untuk diperjuangkan,” tegasnya. ***