Asmud, Terus Berjuang Jadi Pahlawan Literasi di Garut Selatan

ASMUD (kanan) saat acara seminar literasi bismirobbik. fey/ruang berita

GARUT, ruber — Jauh di pedalaman Garut Selatan, tepatnya di Kampung Kibodasrea, Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, seorang pemuda gencar menggalakkan gerakan literasi.

BACA JUGA: Kembali Gelar International Exchange Program, MAN 2 Tasikmalaya Siap Tampilkan Budaya Tradisional Jabar

Adalah Kang Asmud, pria bernama lengkap Ade Sidki Abdul Latif.

Mahasiswa IKIP Siliwangi Bandung ini memang sudah sejak lama menaruh perhatian terhadap dunia literasi.

Mahasiswa semester akhir itu, kini telah berhasil mengarang dan menerbitkan belasan buku.

Satu capaian prestasi yang cukup luar biasa untuk seorang mahasiswa.

Namanya mulai dikenal ketika dia menggagas sebuah gerakan literasi mahasiswa di Bandung.

Baca juga:  Bupati Rudy Buka Rapat Assessment Pejabat Eksekutif Bank Garut

Asmud merintis sebuah Gerakan Mahasiswa Menulis. Gerakan ini berpusat di Jawa Barat.

Di antaranya di Bandung, Cirebon, Cikarang, Bogor, Tasikmalaya dan Garut.

Nama gerakan yang dia gaungkan adalah Asossiasi Mahasiswa Pecinta Literasi Islami (AMPLI).

Komunitas ini dikhsuskan untuk mahasiswa yang ingin menorehkan sejarah.

AMPLI yang dia dirikan sejak November 2017 di Bandung itu, lebih banyak bergerak di media sosial.

Antusias mahasiswa dari seluruh Indonesia pun cukup tinggi ketika ditawari ilmu menulis.

Setidaknya, saat ini sudah lebih dari seribu mahasiswa tergabung bersama AMPLI.

Asmud juga menggagas gerakan siswa menulis yang didominasi oleh anak SMA/SMK Sederajat di seluruh Indonesia.

Nama gerakannya adalah API (Asosiasi Penulis Islami).

Baca juga:  Siasati Pandemi Corona, IRMA Masjid Agung Ciamis Buka Pesantren Kilat Online

Pengalamannya itulah yang melatarbelakangi dia menjadi seorang penulis.

“Awalnya kenapa saya menulis, karena saya terpaksa harus menulis. Saya gelisah melihat mahasiswa yang setiap harinya main game.”

“Saya ingin mencari solusi yang tepat bagaimana supaya mahasiswa bisa memanfaatkan gawainya kepada hal yang positif,” katanya kepada ruber, Selasa (12/2/2019).

Buku pertama yang dia tulis berjudul Jejak Pengembara, yang diterbitkan di pertengahan tahun 2017 oleh penerbit Indie UJWART Media Garut.

Semenjak bergabung bersama komunitas LAPI (Lautan Api) yang berpusat di Bandung.

Rampung buku pertamanya tersebut, tak sedikit teman dan sahabatnya yang men-support dan memberi penghargaan kepadanya.

Sehingga dia mengaku lebih semangat lagi dalam menelurkan karya buku lainnya.

Baca juga:  Warga Positif Corona di Garut Tambah 2, Total Jadi 13 Kasus

Hal itu memaksa dia harus menulis satu, bahkan sampai 5 artikel dalam sehari untuk membiasakan para membernya.

“Prinsip saya, jika member menulis 1 artikel, maka saya harus menulis 5 artikel,” jelasnya.

Dari kebiasaannya ini, kemudian membuat dia mampu menulis buku dalam satu bulan minimal satu buku, bahkan 3 buku sekaligus.

Karena, dia sudah punya metode sendiri bagaimana cara dia menulis dengan mudah.

Namun, satu kendala yang Asmud hadapi saat ini yakni terkendala modal untuk biaya penerbitan buku.

Kendala klasik ini masih harus dihadapi dalam upayanya menggalakkan literasi.

Asmud berharap, ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten untuk pengembangan bakatnya itu.

Selain itu, agar gerakan literasi yang dia gaungkan kepada para peljar bisa maksimal. fey

loading…