Ajak Kawula Muda Tak Malu Jadi Petani, Kapolres Sumedang: Tanam 15.000 Polybag Ubi Cilembu Bukan Flexing!

15.000 Polybag Ubi Cilembu
Kapolres Sumedang AKBP Sandityo Mahardika bersama Dandim 0610/Sumedang tanam ubi Cilembu melalui media polybag, Rabu (15/10/2025). R015/ruber.id

NEWS, ruber.id – Kapolres Sumedang, AKBP Sandityo Mahardika menginisiasi program penanaman ubi Cilembu melalui media polybag.

Rencananya, pada tahap uji coba ini, ubi Cilembu yang akan ditanam dalam polybag sebanyak 15.000.

Tyo menegaskan, penanaman ubi Cilembu dalam polybag ini bukan ajang pamer semata.

Melainkan, upaya nyata untuk melestarikan komoditas khas Sumedang yang kini semakin langka.

“Ini bukan untuk flexing atau gaya-gayaan. Kami ingin menumbuhkan kembali kebanggaan terhadap varietas unggulan asli Sumedang, yakni ubi Cilembu,” ujar Tyo, Selasa (15/10/2025) sore.

Menurutnya, banyak masyarakat luar daerah yang tidak mengetahui bahwa ubi Cilembu berasal dari Sumedang.

Bahkan, ia sendiri baru memahami hal itu setelah bertugas di wilayah tersebut.

Baca juga:  Dony Optimistis Sumedang Jadi Gerbang Pariwisata Jawa Barat

“Sebelumnya saya kira ubi Cilembu itu dari Bogor. Setelah jadi Kapolres di sini baru tahu ternyata asalnya dari Sumedang,” ungkapnya.

Sandityo menyebutkan, harga ubi Cilembu kini mencapai level tertinggi dalam sejarah karena kelangkaan pasokan.

“Padahal potensinya luar biasa besar. Dengan lahan terbatas pun bisa menanam. Seperti yang kami lakukan, 15.000 polybag ini setara dengan 3,4 hektare lahan,” jelasnya.

Ia menambahkan, metode tanam menggunakan polybag sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja tanpa perlu lahan luas.

“Kami ingin memotivasi anak muda agar ikut menanam. Sayangnya, saat ini banyak generasi muda di Sumedang yang enggan bertani.”

“Sementara di daerah lain seperti Jambi, Medan, dan Bukittinggi, justru mereka menanam ubi Cilembu di lahan ratusan hektare. Ini ironi,” kata Tyo.

Baca juga:  Hari H Lebaran, Ratusan Wisatawan Serbu Objek Wisata Paralayang Batu Dua Sumedang

Tyo juga menyoroti, menurunnya minat generasi muda untuk bertani, yang menyebabkan jarak antara petani muda dan tua semakin lebar.

“Kalau dibiarkan, nanti ubi Cilembu hanya akan tinggal nama. Padahal ini komoditas ekspor yang sudah dikenal dunia,” tambahnya.

Produksi Turun, Harga Naik

Sementara itu, Kepala Desa Cilembu, Asep Suhara, menjelaskan bahwa produktivitas ubi Cilembu sangat bergantung pada kondisi cuaca.

“Kalau musim hujan kualitasnya menurun, tapi saat kemarau hasilnya sangat baik,” ujarnya.

Asep mengungkapkan, harga ubi Cilembu di tingkat petani saat ini berkisar Rp8.000-Rp10.000 per kilogram.

Dari total lahan sekitar 125 hektare, produksi bisa mencapai 1.200 ton per tahun, dengan dua kali masa panen.

Baca juga:  Warga Majalengka Suspek COVID-19, Dimakamkan di Conggeang Sumedang

“Ada juga varietas nirkum dan rancing yang produktivitasnya tinggi,” tambahnya.

Melalui inisiatif ini, Polres Sumedang berharap bisa menumbuhkan semangat baru di kalangan anak muda agar lebih mencintai hasil pertanian lokal.

“Kami ingin menunjukkan bahwa bertani bukan hal yang ketinggalan zaman, justru bisa menjadi kebanggaan,” ucap Tyo. ***