BERITA JAWA BARAT, ruber.id – Gempa bumi tektonik magnitudo 5.1 mengguncang wilayah Pantai Selatan Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (15/9/2024) sore, pukul 16.54 WIB.
Gempa ini tidak hanya terasa di wilayah Sukabumi, tapi juga dirasakan hingga di Tasikmalaya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Daryono mengatakan, gempa ini terjadi di laut, sekitar 94 kilometer arah barat daya Kabupaten Sukabumi, dengan kedalaman 65 kilometer.
“Berdasarkan analisis kami, episenter terletak pada koordinat 7,813° LS dan 106,43° BT,” ungkap Daryono dalam keterangan yang diterima ruber.id, Minggu malam.
Mekanisme dan Jenis Gempa
Menurut Daryono, gempa ini merupakan jenis gempa menengah yang disebabkan oleh deformasi batuan di dalam lempeng Indo-Australia (intra-slab).
“Mekanisme sumber gempa menunjukkan pergerakan geser naik atau oblique thrust, yang khas untuk gempa jenis ini,” ucap Daryono.
Daryono menambahkan, pusat gempa bukan berasal dari bidang kontak antar lempeng atau megathrust. Melainkan, dari bagian bawah bidang kontak tersebut.
Hal ini memperjelas, gempa ini tidak berisiko menyebabkan gelombang tsunami.
Dampak dan Skala Intensitas
Berdasarkan laporan dari lapangan, gempa dirasakan di beberapa wilayah Sukabumi, Cireungas, Ujung Genteng, dan Nagrak mengalami guncangan dengan intensitas III MMI.
Di mana, getarannya cukup terasa di dalam rumah, seolah-olah ada truk besar yang lewat.
Sementara itu, di Cimahi, Lembang, Banjaran, Kabupaten Bandung, dan Tasikmalaya gempa dirasakan dengan intensitas II MMI.
Namun, getaran lebih ringan dan hanya menggoyangkan benda-benda yang digantung.
Meski demikian, hingga pukul 17.20 WIB, BMKG belum mendeteksi adanya gempa susulan yang berpotensi menambah kerusakan.
Imbauan untuk Masyarakat
Daryono mengimbau, masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
“Hindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa dan pastikan kondisi rumah aman sebelum kembali masuk,” ujarnya.
Daryono mengingatkan, pentingnya mengikuti informasi resmi hanya dari BMKG yang disebarkan melalui saluran komunikasi resmi yang telah terverifikasi.***