GARUT  

Pelaku Industri Kreatif di Garut Harus Mulai Biasakan Pemasaran Digital

Pelaku Industri Kreatif di Garut Harus Mulai Biasakan Pemasaran Digital
Bimbingan Teknis penerapan CHSE dan pemasaran digital pada sektor ekonomi kreatif di Kabupaten Garut , Hotel Harmoni, Tarogong Kaler, Garut, Senin (25/4/2022). ist/ruber.id

BERITA GARUT, ruber.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekaf) mengelar Bimbingan Teknis Penerapan Cleanliness, Health, Safety, Environtment Sustainability (CHSE) dan Pemasaran Digital pada Sektor Ekonomi Kreatif di Kabupaten Garut.

Acara tersebut merupakan bentuk kerjasama antara Kemenparekaf, Pemkab Garut, dan anggota Komisi X Ferdiansyah.

Kepala Dinas Parwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut Budi Gan Gan Gumelar mengatakan, Pemkab Garut saat ini sedang mencanangkan SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik).

Oleh karenanya, ia berharap para pelaku industri kreatif juga mulai membiasakan diri dengan hal-hal yang berbasis digital. Supaya, mereka bisa memasarkan produknya sendiri secara digital.

“Mudah-mudahan, Kabupaten Garut semakin tergerak. Karena, Pak Bupati sudah mencanangkan Pemkab Garut itu harus berbasis SPBE. Jadi bagaimana misalnya produk-produk yang dihasilkan supaya semuanya sudah terdigitalisasi (dipasarkan secara digital),” jelas Budi.

Baca juga:  Majukan Ekonomi Desa, bank bjb Jalin Kerja Sama dengan DPM Desa Jawa Barat

Dalam Surat Edaran Kemenparekaf Nomor: SE/4/M-K/2021, sendiri disebutkan, bahwa dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat domestik dan internasional untuk berwisata dengan aman, nyaman, dan sehat. Maka diperlukan pelayanan yang memenuhi unsur CHSE.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka beberapa dimensi harus diperhatikan. Seperti kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.

Hal tersebut, menjadi landasan bagi pelaku industri kreatif melakukan pemasaran secara digital terkait produk yang dihasilkan.

Direktur Aplikasi, Permainan, Televisi, dan Radio Kemenparekaf, Syaiflullah,
mengatakan, masyarakat pada zaman sekarang lebih mudah untuk dipersuasi dengan soft selling.

Di mana, pelaku industri kreatif dituntut harus pandai menjelaskan mengapa produk tersebut diperlukan.

Ia mencontohkan melalui story telling yang menarik, sehingga konsumen tidak sadar, bahwa ia sebenarnya sedang dipersuasi untuk membeli produk tersebut.

Baca juga:  APBD 2023 Garut Jadi Bukti Pemenuhan terhadap RPJMD

“Anak-anak Gen-Z atau trend orang-orang sekarang lebih pada soft selling, orang dipersuasi untuk membeli. Mita harus bikin story telling yang bagus. Sehingga, orang tidak sadar sedang di bujuk untuk membeli,” terang Syaefullah.

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah menyampaikan, kesuksesan dalam industri kreatif tidak diukur pada siapa yang pintar. Tetapi, keberhasilan dalam pemasaran produk adalah pada orang yang dapat memanfaatkan momentum atau kesempatan di era digital ini.

“Dunia sekarang bukan siapa yang pintar, tapi siapa yang bisa memanfaatkan kesempatan dengan baik, jadi sampai kita ketinggalan.” tutur Ferdiansyah.

Narasumber tunggal, Wahyu Aji, selaku CEO Good News From Indonesia mengungkapkan saat ini, kalangan anak muda menjadikan digital marketing sebagai aktivitas di dalam pengembangan bisnis atau karier.

Baca juga:  Wujudkan Bandung Caang Baranang, Dishub Targetkan Pembangunan 3.059 PJU dan 475 PJL

Digital marketing, sebut Wahyu, kini semakin penting keberadaannya seiring kian banyaknya orang memanfaatkan digital platform. Memudahkan brand terhubung ke konsumen, serta membantu pertumbuhan brand.

Menurutnya, sebaik apa pun produk, di era ini tetap memerlukan sentuhan digital, hal itu memungkinkan produknya diminati orang.

Penerapan digital marketing bisa dijadikan solusi untuk mengetahui tingkat permintaan pelanggan secara online. Sehingga, kita akan lebih tahu tentang apa yang disukai atau tidak disukai oleh kebanyakan konsumen sebagai target pasar.