Negara di Asia Tenggara Mulai Ikut Campur Perang Rusia-Ukraina

Beberapa Negara di Asia Tenggara Mulai Ikut Campur Perang Rusia-Ukraina
Foto from Pixabay

BERITA INTERNASIONAL, ruber.id – Perang Rusia-Ukraina yang tengah terjadi saat ini, semakin meluas ke berbagai aspek.

Termasuk konfrontasi di dunia siber, ekonomi, opini yang menggiring ke arah invasi tersebut tak bisa dihindari.

Negara di Asia Tenggara Mulai Ikut Campur

Bahkan kini, beberapa negara Asia Tenggara sudah mulai ikut campur. Benarkah perang ini akan meluas?

Singapura, diketahui menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menjatuhkan sanksi finansial pada Rusia.

Yang terbaru, Filipina mengumumkan akan membantu Amerika Serikat (AS) bila dampak dari invasi tersebut meluas ke Asia.

Filipina menyebutnya kepatuhan terhadap perjanjian pertahanan yang disepakati kedua negara pada 1951 silam.

“Jika mereka (AS dan sekutunya) meminta dukungan Filipina, sangat jelas Filipina akan iap menjadi bagian tersebut. Terutama sekali jika krisis Ukraina hingga Asia,” kata Duta Besar Filipina untuk AS Jose Manuel Romualdez, seperti dilansir dari Associated Press, beberapa hari lalu.

Baca juga:  PD II Lebih Dahsyat Dibanding Perang Rusia-Ukraina

Serangan Rusia atas Ukraina, menurut Romualdez dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, merupakan sebuah kesalahan.

Manila juga mendukung penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuntut agar perang dihentikan.

Bahkan, Romualdez meyakinkan pihak AS, Filipina menjamin akan memberikan bantuan apa pun dan fasilitas yang diminta oleh AS yang mereka sebut sekutu utama.

Filipina mungkin sedikit berlebihan, namun hal ini wajar dilakukan mengingat Washington pernah membantu Manila secara langsung pasca-ketegangan Filipina dan China yang terjadi di Laut China Selatan.

Walau terlihat ‘sangar’ membela AS, nyatanya Filipina belum mau menjatuhkan sanksi untuk Rusia.

Bahkan, pejabat di Istana Kepresidenan Filipina, Malacanang, enggan mengomentari pernyataan Romualdez.

Perkembangan Negosiasi Damai

Sementara itu, negosiasi damai yang dibahas oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba. Pada 10 Maret lalu belum membuahkan hasil yang melegakan.

Baca juga:  Ekonomi Terpuruk Akibat Sanksi Barat, Rusia Andalkan China

Tidak ada kesepakatan pasti untuk mengakhiri invasi. Bahkan, jalur evakuasi warga sipil dari Kota Mariupol pun tak menemukan titik terang. Apalagi gencatan senjata, masih jauh dari angan.

Malah beberapa kali, armada Rusia menghantam fasilitas sipil dan yang teranyar, Kremlin memporak-porandakan Kota Lviv. Yang berbatasan dengan salah satu anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Polandia.

Sejak 24 Februari hingga kini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, setidaknya sekitar 5000 orang telah tewas dalam perang Rusia-Ukraina. Sementara 2.5 juta orang mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Penulis: Ardini Maharani DS/Editor: Bam