BERITA SUMEDANG, ruber.id – Angklung Jenglung, merupakan jenis kesenian asal Kampung Cirangkong, Kelurahan Cipameungpeuk, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Konon, kesenian Angklung Jenglung dari Sumedang ini telah ada sejak zaman para wali.
Angklung Jenglung, Tetap Lestari Sejak Zaman Para Wali
Sesepuh seni Angklung Jenglung Cirangkong, Abin Robani menyebutkan, kesenian ini telah ada sejak zaman para wali. Dan hingga kini, kerap menjadi hiburan dalam berbagai acara. Seperti syukuran khitanan.
“Angklung jenglung telah ada sejak zamannya para wali. Bahkan dahulu, sempat kesohor hingga Cianjur. Tapi seiring perkembangannya, Angklung Jenglung ini kian ditinggalkan dan sempat vakum,” kata Mang Abin, diwawancara ruber.id tahun 2015, lalu.
Mang Abin menjelaskan, bila dirunut dari sejarah panjangnya, angklung jenglun dari Kampung Cirangkong ini, telah ada lebih dari 300 tahun silam. Dan menjadi hiburan rakyat pada masa Wali Songo menyebarkan Islam di tanah Jawa.
“Keberadaannya telah ada lebih dari 300 tahun silam. Bahkan mungkin lebih. Hanya, bila merunut dari usia para penerusnya hingga ke Mang Abin. Yang merupakan generasi ke 6 saat ini, seni tradisi dari Cirangkong ini telah ada lebih dari 300 tahun silam,” jelasnya.
Mang Abin menuturkan, pada masa kejayaannya, seni tradisi ini kesohor hingga Subang bahkan sampai Cianjur. Namun, kesenian tradisional ini sempat vakum. Karena seiring perkembangan zaman, peminatnya kian berkurang. Bahkan, hampir hilang.
“Karena itu, Mang Abin bersama 23 anggota lainnya di Kampung Cirangkong, dalam beberapa tahun terakhir ini terus berupaya kembali mengenalkan kesenian ini,” katanya.
Mang Abin mengaku, berkat perjuangannya untuk kembali dan terus mengenalkan seni tradisi ini, kini tercatat dan masuk daftar sebagai salah satu seni tradisi warisan leluhur Sumedang.
“Kami para pegiatnya di sini tengah dan terus berupaya untuk melestarikan keberadaan seni tradisi ini. Harapannya, seni tradisi ini tidak hanya dipentaskan untuk mengisi hiburan syukuran khitanan saja.”
“Tapi juga bisa mentas di berbagai kegiatan. Seperti pernikahan, penyambutan pemimpin daerah maupun para tamu dari dalam hingga mancanegara,” harapnya.