Mengenal Alat Musik Tradisional Karinding, dari Pegiat Seni Tasikmalaya

BERITA TASIKMALAYA, ruber.id – Keberadaan alat musik tradisional karinding terus dilestarikan keberadaannya oleh generasi muda. Alat musik buhun ini juga terus dilestarikan oleh pegiat musik di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Karinding merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu. Memiliki ukuran dengan panjang sekitar 35 sentimeter. Namun, bisa menghasilkan suara yang menggema dan unik.

Seorang pegiat seni asal Tasikmalaya, Faldi Al-azis, 21, mengaku, dirinya tergabung dalam grup musik tradisional, yakni Karinding Sadulur Tasikmalaya.

Selain menyukai seni musik tradisional, ia juga mempelajari seni musik modern seperti dangdut dan pencak silat.

“Awal ketertarikan saya dengan alat musik karinding ini, sejak masih duduk di bangku SMA. Lalu, saya cari-cari informasi mengenai komunitas karinding di internet, akhirnya ketemu tuh Karinding Sadulur, langsung gabung deh.”

Baca juga:  Duo Kapolres Tasikmalaya Bersatu di Ponpes Ar Rizqi Cijuhung

“Tapi, selain alat musik tradisional, saya juga suka dengan musik modern seperti dangdut dan pop, dan juga seni bela diri pencak silat petarung dan ibing,” kata Faldi kepada ruber.id.

Faldi mengatakan, musik tradisional seperti karinding seharusnya banyak ditampilkan dalam pentas-pentas musik, gebyar kebudayaan dan acara-acara kesenian lainnya.

Supaya, kata Fadli, masyarakat sadar bahwa di Indonesia, khususnya Kota Tasikmalaya, banyak sekali kesenian tradisional yang seharusnya dilestarikan.

“Ya, sebenarnya sih pemerintah harus lebih sering mengadakan gebyar-gebyar kebudayaan. Seperti di kita nih ya, mengadakan pentas musik tradisional itu bagus.”

“Menyosialisasikan kebudayaan kepada masyarakat luas. Apalagi alat musik tradisional seperti karinding ini patut untuk dilestarikan,” ucap Faldi.

Baca juga:  Sungai Citanduy dan Cikidang Meluap, Dua Kampung di Tasikmalaya Terendam Banjir

Faldi berharap, generasi milenial di zaman yang semakin berkembang ini, tidak hanya menyukai budaya asing, tapi juga jangan sampai mengasingkan budaya lokal.

“Ya, saya mengajak kepada generasi muda zaman sekarang termasuk saya juga. Kita boleh menyukai budaya asing, tapi harus bisa menyeimbangkan dengan budaya lokal. Jangan sampai budaya asing membuat kita lupa bahwa Indonesia itu rajanya budaya,” kata Faldi. (Rifki Fauzal Gozali)

BACA JUGA: Asal-usul Bangunan Terbengkalai Eks Pabrik Engsun di Tasikmalaya, Jadi Tempat Uji Nyali hingga Tempat Mojok Muda-mudi