Anyam Daun Dahon Jadi Atap, Cara Warga Pesisir Pangandaran Nambah Penghasilan

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Ngaweulit atau membuat atap dari daun dahon dengan cara dianyam merupakan tradisi sebagian masyarakat di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Pembuatan atap atau hateup itu menjadi kebiasaan warga untuk mengisi waktu dan aktivitas produksi sebagai penambah penghasilan.

Bagi masyarakat yang bermukim di daerah pesisir jalur pantai atau muara sungai itu, tradisi tersebut sudah tidak asing lagi.

Salah seorang pengrajin di Pangandaran Ratinah mengatakan, dirinya menekuni kerajinan tersebut sudah hampir 40 tahun.

Karena sudah jadi tradisi anak zaman dulu terbiasa mandiri membantu meringankan beban orang tua.

Zaman sekarang sudah jarang yang bisa membuat hateup. Karena kebanyakan atap bangunan rumah lebih memilih menggunakan genting.

Baca juga:  Evalube Bangun Komunikasi dengan Komunitas Nelayan di Pangandaran

“Sekarang yang menekuni sebagai pengrajin hateup di desa saya hanya dua orang dan usianya rata-rata di atas 50 tahun,” kata Ratinah, Senin (31/5/2021).

Sepertinya, kata Ratinah, tradisi ngaweulit ini hanya akan menjadi kenangan dan cerita saja. Karena jarang yang bisa melakukan hal itu.

“Padahal untuk pengerjaannya tidak begitu sulit, hanya perlu kesabaran, ketekunan dan ketelatenan agar hasilnya maksimal,” ujarnya.

Terlebih untuk mendapatkan daun dahon itu sangat mudah. Hampir di beberapa kecamatan ada. Seperti di Cijulang, Parigi, Pangandaran dan Kalipucang.

“Tapi menurut saya, saat ini keberadaan pohon dahon itu terancam punah. Karena tidak adanya penanaman kembali di lokasi jalur sungai,” tuturnya.

Baca juga:  Polres Ciamis Tangkap Guru Honorer yang Cabuli Siswanya

Ratinah menyebutkan, harga atap hateup yang siap pakai dari perajin kisaran Rp1.500/lembar. Dirinya biasa mendapatkan pesanan dari pengepul atau langsung dari perorangan.

“Pengepul menjual seharga Rp2.000/lembar ke konsumen. Biasanya sama konsumen dijadikan atap bangunan rumah makan tradisional,” sebutnya. (R001/smf)

BACA JUGA: Dua Hama Ini Rugikan Petani Albasiah di Pangandaran