BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Program Pekarangan Pangan Lestari atau P2L merupakan salah satu program upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Selain itu, kegiatan P2L merupakan salah satu strategi dalam menjaga ketahanan pangan, terutama di masa pandemi virus Corona yang masih terus menggejala.
Dalam kondisi krisis seperti saat ini, pertanian menjadi jawaban untuk bisa survive. Tak perlu lahan besar, manfaatkan lahan di pekarangan rumah pun bisa.
Kabid Ketahanan Pangan pada Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan atau DKPKP Pangandaran Rusyana mengatakan, program tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
“Supaya tidak harus membeli, jadi manfaatkan lahan pekarangan rumah. Kemudian uang hasil suami bisa ditabung. Itu salah satu upaya kami di bidang ketahanan pangan dalam upaya mengentaskan kemiskinan,” kata Rusyana, Jumat (16/4/2021).
Rusyana menuturkan, pada program P2L, kelompok-kelompok yang ada di masyarakat akan difasilitasi oleh pemerintah. Berupa bantuan yang akan disalurkan melalui rekening kelompok.
“Nilainya Rp50 juta/kelompok. Nanti bantuan berupa uang itu harus dibelanjakan untuk kebutuhan program P2L di setiap kelompok. Seperti pembelian bibit, kantong polybag dan lainnya,” tuturnya.
Rusyana menambahkan, tahun 2021 ini Pemkab Pangandaran mendapatkan bantuan dari APBN DAK dan reguler untuk sebanyak 17 kelompok. Termasuk kelompok program P2L.
“Minggu ini, 90% uangnya sudah masuk ke rekening kelompok. Dan langsung dilakukan Bimtek untuk realisasi proses pencairannya,” tambahnya.
Syarat Kelompok Program P2L di Pangandaran
Rusyana menyebutkan, syarat kelompok yang bisa mendapatkan program Pekarangan Pangan Lestari atau P2L itu harus sudah berdiri minimal 2 tahun.
“Waktu dilakukan verifikasi harus sudah ada pergerakan meski swadaya. Harapan kami setelah dibantu nanti, setiap kelompok harus bisa lebih maju lagi,” sebutnya.
Rusyana menerangkan, kelompok dalam program P2L tahun 2021 tersebar di setiap kecamatan. Kelompok-kelompok tersebut diharapkan menjadi contoh bagi lingkungannya.
“Karena moto kita, Ibu-ibu bangun di pagi hari, setelah buka pintu dan jendela tidak bingung lagi mau masak apa hari ini. Yang mau dimasak kan sudah ada di halaman pekarangannya,” terangnya.