Nelayan asal Cimerak Ditemukan Tewas di Pasir Putih Pangandaran

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Nelayan bernama Sugandi, 40, warga Kecamatan Cimerak ditemukan meninggal dunia di perairan laut Pangandaran, tepatnya di sekitar Pantai Pasir Putih, Rabu (10/3/2021) petang.

Sebelumnya, warga Bulakbenda, Desa Masawah, Kecamatan Cimerak ini dinyatakan hilang beberapa jam saat mencari kerang dan memancing dari pinggir pantai.

Kepala Satuan Polisi Perairan Pangandaran AKP Sugianto mengatakan, korban ditemukan mengambang di perairan tak jauh dari lokasi kejadian. Saat terseret ombak di sekitar Pantai Pasir Putih.

“Korban sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, di dekat Pasir Putih. Tepatnya di blok Batumandi, jadi bukan di tempat wisatawan, di sebelah sananya lagi,” kata Sugianto.

Sugianto menuturkan, korban diduga dihempas ombak kemudian terseret oleh arus balik yang kuat.

Baca juga:  Dalam Sebulan, Pangandaran Diguncang Gempa Bumi Hingga 6 Kali

Terlebih, berada di lokasi yang ada rip current atau arus balik. Sehingga, setelah dihempas lalu tersedot ke ke tengah.

Setelah dievakuasi, kata Sugianto, korban kemudian dibawa ke RS Pandega Pangandaran untuk menjalani visum luar. Selanjutnya jenazah diserahkan kepada pihak keluarga.

“Dia mengalami kecelakaan saat mencari kerang dan memancing, istilahnya itu nelayan pinggiran. Selain mencari kerang juga memancing di pinggir pantai, tapi sedikit ke tengah merendam separuh tubuhnya,” tuturnya.

Mayoritas Nelayan Tak Nyaman Gunakan Life Jacket

Kejadian ini adalah kecelakaan laut kedua yang menimpa nelayan di bulan Maret 2021. Pada Senin (1/4/2021) lalu seorang nelayan pencari benih lobster meninggal dunia di perairan sekitar Teluk Pananjung.

Baca juga:  Pembangunan 16 Dam Parit di Pangandaran Dikerjakan Swakelola

Nelayan bernama Dede Suratman, 25, warga Dusun Ciokong Rt02/Rw02 Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih itu tenggelam akibat terseret ombak.

Menyikapi hal itu, Sugianto mengimbau kepada nelayan agar selalu memperhatikan unsur-unsur penunjang keselamatan saat menjalankan aktivitasnya.

“Minimal pakai life jacket atau rompi pelampung, supaya kalau terjadi kecelakaan masih bisa terapung untuk beberapa jam,” ujarnya.

Sugianto menyebutkan, mayoritas nelayan mengaku tak betah memakai rompi pelampung saat sedang beraktivitas. Ada yang mengaku gerah, ada juga yang merasa tidak nyaman.

“Kalau diingatkan mereka suka berkilah, kagok kalau melaut pakai life jacket. Padahal itu penting untuk penunjang keselamatan,” sebutnya.***