EKBIS  

Sumedang Punya Batik Berkelas dari Tanjungsari

BERITA SUMEDANG, ruber.id – Tak sekadar Kota Tahu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat juga punya produk batik berkelas.

Batik Kasumedangan namanya. Batik ini dikembangkan oleh sejumlah pengrajin di Sumedang.

Di antaranya, oleh Sanggar Batik Umimay, di Jalan Kaum RT 03/04, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari.

Owner Sanggar Batik Umimay Enur, 41, menyebutkan, ada 80 motif batik yang dikembangkan oleh para pengrajin di sanggar miliknya ini.

“Semua motif itu terinspirasi dari kebudayaan dan ikon Sumedang,” ucap Enur kepada ruber.id di, Selasa (25/2/2020).

Enur menyebutkan, motif yang dibuatnya itu mulai dari batik bermotif Kuda Renggong, Teratai Pakuwon, Manuk Julang, Menara Loji.

Ada juga motif Waduk Jatigede, Cadas Pangeran, dan berbagai motif lain yang mengedepankan ciri khas Sumedang.

Baca juga:  Kapolres Sumedang Akan Segera Tindak Tegas Pengusaha Nakal Galian C

“Dari bermacam motif batik yang ada, batik bermotif Naga Paksi banyak dipesan,” akunya.

Enur mengatakan, usaha batik Sanggar Umimay telah mulai merintis usaha batik Kasumedangan ini sejak tahun 2011.

Saat ini, kata Enur, batik dari sanggarnya ini sudah dipasarkan ke berbagai daerah. Mulai dari Bandung, hingga daerah lainnya di Jawa Barat.

“Saat ini juga, Alhamdulillah, kami sudah mempunyai pelanggan tetap. Baik dari sekolah maupun perorangan,” sebutnya.

Enur menjelaskan, batik hasil karya sanggarnya ini dibuat dengan dua cara. Yaitu cetak dan lukis.

“Harganya bervariasi, untuk batik cetak dijual mulai dari harga Rp75.000-Rp200.000.”

“Untuk batik lukis, harganya antara Rp500.000-Rp3.5 juta per 2×2.5 meter,” urainya.

Baca juga:  Pemerintah Desa di Sumedang Didorong Melek Teknologi

Enur mengaku, dalam sehari mampu memproduksi 10 lembar kain batik cetak.

Sedangkan, untuk motif tulis atau lukis, dalam sabulan baru bisa memproduksi 5 lembar kain.

“Kain mentahan batik sendiri, untuk bahan bakunya didatangkan dari daerah Jawa yaitu Pekalongan.”

“Mulain dari kain sutra, serat rami, dan serat nanas. Dengan bahan pewarna dari alam seperti dari tumbuhan, akar-akaran, daun hingga buah-buahan,” jelasnya.

Terkendala Pemasaran Online

Ditanya kendala, Enur mengeluhkan, saat ini belum bisa memasarkan batik hasil karyanya ini melalui online.

“Inginnya, ke depan itu pemasarannya bisa lewat online. Kalau selama ini, yang membeli datang langsung ke sini (Rumah produksi),” keluhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumedang, Harry Tri Santosa mengatakan, akan berupaya membantu mengembangkan pemasarannya.

Baca juga:  Warga Terdampak Bendungan Kadumalik di Cimanintin Sumedang Resah

Salah satu caranya, kata Harry, Disparbudpora akan bekerjasama dengan Diskoperindag Sumedang untuk memberikan pelatihan pemasaran melalui online.

“Karena potensinya bagus. Kami akan coba bantu pemasarannya. Akan kami koordinasikan dengan PHRI juga agar nantinya, tiap pengusaha hotel dapat membantu pemasarannya.”

“Selain itu, kami juga sudah bekerjasama dengan media daring agar semua produk Sumedang ini bisa dijual melalui online,” ucap Harry.

Harry menambahkan, saat ini, di Sumedang sudah ada 4 pengrajin batik Kasumedangan.

“Empat pengrajin tersebut tersebar di Kecamatan Tanjungsari, Pamulihan, Sumedang Selatan, dan Conggeang,” ujar Harry.