PANGANDARAN, ruber.id — Selama dua tahun terakhir, tepatnya pada tahun ajaran 2017/2018 hingga 2018/2019, PKBM di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat telah menampung 721 orang peserta paket B dan C.
Peserta paket B dan C dari 10 kecamatan se Kabupaten Sumedang tersebut tersebar melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
BACA JUGA: Anggota DPRD Pangandaran Didominasi Lulusan S1
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Pangandaran Agus Nurdin mengatakan, jumlah PKBM yang membuka progam paket B dan paket C di Kabupaten Pangandaran tercatat 13 PKBM dan tersebar di 10 kecamatan.
“Pada tahun ajaran 2017-2018 peserta PKBM tercatat 298 orang. Jumlah tersebut terinci pada paket B sebanyak 82 orang dan paket C sebanyak 216 orang,” kata Agus kepada ruber.id, Rabu (18/9/2019).
Agus menambahkan, pada tahun ajaran 2018-2019 peserta yang mengikuti paket B dan paket C tercatat sebanyak 423 orang.
“Peserta sebanyak 423 orang tersebut terdiri dari peserta paket B sebanyak 89 orang dan paket C sebanyak 334 orang,” kata Agus.
Kemudian, kata Agus, pada tahun ajaran 2017-2018 lulusan paket B di Kabupaten Pangandaran tercatat 82 orang terdiri dari laki-laki 53 orang dan perempuan 29 orang.
Sedangkan untuk lulusan paket C sebanyak 216 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 134 orang dan perempuan sebanyak 82 orang.
“Sedangkan pada tahun ajaran 2018-2019 peserta paket B sebanyak 89 orang dari 89 orang tersebut yang lulus 79 orang terdiri dari 28 perempuan dan 51 laki-laki, dan 10 orang tidak lulus,” ucap Agus.
Agus menjelaskan, peserta paket C pada tahun ajaran 2018-2019 tercatat 334 orang.
Dari 334 orang tersebut, kata Agus, yang lulus sebanyak 303 terdiri dari 104 perempuan dan 199 laki-laki, sementara yang tidak lulus ada 31 orang.
“PKBM Pangandaran jadi penyumbang angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di sektor pendidikan,” jelas Agus.
Agus menerangkan, ada tiga indikator yang menjadi penunjang IPM yakni kesehatan, daya beli masyarakat dan pendidikan.
“Kegiatan PKBM jadi penyumbang angka dalam menentukan IPM pada rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah,” terangnya.
Agus menambahkan, butuh kesadaran dan dorongan juga motivasi dari berbagai pihak untuk mendorong kenaikkan angka IPM di sektor pendidikan.
“Agar angka IPM di sektor pendidikan meningkat, perlu sosialisasi supaya masyarakat yang putus sekolah mengikuti kegiatan pendidikan kesetaraan atau paket B dan paket C melalui PKBM,” jelasnya.
Berkat sosialisasi yang masif ke lapangan, lanjut Agus, dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, jumlah lulusan paket B dan C mengalami kenaikkan. smf