PANGANDARAN, ruber — Keberadaan rawa dan kolam di wilayah perbatasan Kalipucang dan Rawa Apu (Cilacap-Jawa Tengah) menjadi penyebab banyaknya nyamuk vektor malaria yang berkembang biak.
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, pemkab bersama Kementerian Kesehatan RI akan mencoba untuk mengatasi hal tersebut.
“Kami juga akan melakukan pengendalian endemik nyamuk malaria yang berkembang di tempat itu,” katanya kepada ruber usai sosialisasi eliminasi malaria di Aula Setda Pangandaran, Selasa (7/5/2019).
Nyamuk penyebab malaria, kata Jeje, bisa terbang 3-4 kilometer. Maka dari itu, setiap daerah terutama Kabupaten Cilacap dan Pangandaran harus melakukan pencegahan secara bersamaan.
“Jadi gerakannya itu harus sama-sama, maka pertemuan lintas batas harus dilakukan agar dalam proses pengendalian penyakit malaria ini bisa sama,” ujarnya.
Jeje menyebutkan, terhitung dari 2018 sampai sekarang ada 23 kasus malaria di Kabupaten Pangandaran.
“20 kasus di Kalipucang dan tiga kasus di Langkaplancar, sementara yang tiga kasus itu bawaan dari luar daerah,” sebutnya.
Meski demikian, kata Jeje, hingga saat ini di Pangandaran tidak ada kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit malaria.
“Beberapa orang yang terjangkit malaria tidak ada yang meninggal,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta Zainal Ilyas Nampira menyampaikan, ada empat kabupaten/kota di Jawa Barat yang harus dieliminasi dari penyakit malaria. Termasuk Pangandadan.
“Sedangkan di pulau jawa sendiri ada 10 kabupaten/kota yang harus dieleminasi dari penyakit malaria,” terangnya.
Sementara, kata Zainal, untuk percepatan eliminasi penyakit malaria, pihaknya sudah membuat konsep kerjasama lintas sektor (zonasi).
“Di antaranya Jawa Tengah, Jawa Barat, Kemenkes, dinas kesehatan hingga tingkat kelurahan atau desa,” katanya. dede ihsan
Foto: SOSIALISASI dari berbagai pihak terkait eliminasi malaria di aula Setda Pangandaran, Selasa (7/5/2019). dede/ruang berita