Cerita Mistis di Balik TPS Cilok Warnai Pemilu di Pangandaran

SITUASI di luar nalar terjadi saat pemungutan dan penghitungan Pemilu di TPS Cilok Pangandaran. smf/ruang berita

Di tengah semaraknya pesta demokrasi yang digelar Rabu, 17 April 2019 ada kejadian di luar logika terjadi di Kabupaten Pangandaran.

Kejadian di luar nalar manusia itu terjadi di lokasi TPS 07 di RT 03/06 Dusun Sinargalih, Desa Cibenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran.

Seorang petugas KPPS 07 Ai Aisyah menuturkan kisahnya kepada ruber.

PANGANDARAN/ruber

AI Aisyah bercerita bahwa ada dua kejadian di luar logika manusia terjadi sebelum dan paska hari H pencoblosan Pemilu 2019 dilaksanakan, Rabu kemarin.

“Satu kejadian di hari sebelum pencoblosan dan satu kejadian saat penghitungan setelah pencoblosan,” kata Ai kepada ruber.

Baca juga:  Warga Pangandaran Lebih Tertarik Kerja di Luar Daerah

Ai menambahkan, saat itu Selasa, 16 April 2019 petugas KPPS mendirikan tenda TPS dan selesai sekitar jam 12.00 WIB.

“Sebelum petugas KPPS pulang ke rumah masing-masing datang pedagang cilok,” tambahnya.

Ketua KPPS bernama Agus Susanto menawarkan ke petugas KPPS untuk jajan cilok, tetapi seluruh petugas KPPS tidak ada yang mau jajan cilok.

Setelah Agus sampai rumah, tiba-tiba kesurupan hingga tidak sadarkan diri.

“Saat tidak sadar, Agus bicara dirinya ingin jajan cilok yang dijual salah satu pedagang di lokasi TPS,” ucapnya.

Ai menjelaskan, setelah Agus sadar, terlihat sakit dan badannya lemas sehingga posisi Ketua KPPS terpaksa dilimpahkan ke Ai Aisyah.

“Pemungutan suara lancar tanpa kendala apa pun hingga akhirnya tiba waktu peghitungan,” terang Ai.

Baca juga:  Rentan Didatangi Orang Asing, Imigrasi Tasikmalaya Bentuk Timpora Kecamatan di Pangandaran

Berdasarkan data, di TPS tersebut terdapat 287 hak pilih dan KPU menyediakan sebanyak 293 surat suara. Dari 287 hak pilih, warga yang menyalurkan hak pilihnya tercatat hanya 256.

“Sebelum penghitungan, enam petugas KPPS dan saksi melakukan penghitungan lipatan surat suara Pilpres hingga dua kali,” ujarnya.

Namun, setelah dihitung perolehan suara Pilpres yang terbacakan hanya 255 surat suara. Itu artinya, satu lipatan surat suara Pilpres hilang.

“Petugas KPPS dan saksi juga masyarakat yang ada di lokasi TPS sempat panik dan berkali-kali menghitung kembali surat suara Pilpres yang telah dibacakan,” imbuh Ai.

Karena semua orang yang berada di lokasi TPS sadar bahwa tempat tersebut sering terjadi hal di luar logika, maka sepakat untuk menunda penghitungan surat suara Pilpres.

Baca juga:  Forum Umat Beragama Ajak Warga Sumedang Rekatkan Silaturahmi

“Akhirnya, petugas KPPS menyepakati membuka kotak surat suara DPR RI dilanjutkan dengan menghitung lipatan surat suara berjumlah 256 lipatan,” kata Ai.

Setelah pembacaan penghitungan surat suara DPR RI selesai, ternyata satu lipatan surat suara Pilpres yang sebelumnya dinyatakan hilang ada dalam kotak surat suara DPR RI.

Bagi masyarakat sekitar lingkungan tempat TPS, sudah tidak aneh lagi kejadian seperti itu terjadi karena lokasi yang dijadikan TPS terbilang angker.

Setelah kejadian Ketua KPPS tidak sadarkan diri dan ingin jajan cilok, serta hilangnya lipatan surat suara Pilpres, maka sejak itu orang menamai lokasi tersebut sebagai TPS Cilok. smf

loading…