TASIKMALAYA, ruber — Meski dalam akta kelahirannya tercatat sebagai laki-laki, tetapi Dani Wahyudin, balita asal Desa Pesanggrahan, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, memiliki ciri perempuan.
Anak kedua dari pasangan Dodi Suhrodi, 39 dan Ee Amalia, 36, ini memang mengidap kelainan, yakni berkelamin ganda.
Kondisi Dani membuat risau kedua orang tuanya. Tetapi, keterbatasan ekonomi membuat mereka tak bisa berbuat banyak.
Dodi Suhrodi, sang ayah, hanyalah pekerja serabutan yang kini kesulitan mencari nafkah karena beberapa waktu lalu terkena stroke.
Sang ibu, Ee Amalia, berupaya mendapatkan bantuan dengan mendatangi kantor KPAID Kabupaten Tasikmalaya.
Ia mengadukan kondisi sang anak, serta kesulitan-kesulitannya. Sesekali, Ee Amalia menitikkan air mata saat mengisahkan riwayat anaknya sejak lahir.
“Apa boleh buat, sementara ini saya hanya bisa pasrah, karena tidak punya biaya,” tuturnya.
Saat buang air kecil, ungkap dia, Dani tidak mengeluarkan air seni dari kelamin laki-lakinya, melainkan dari lubang kecil menyerupai kelamin perempuan.
Dalam kesehariannya, perilaku sang anak memang normal, sebagaimana bocah pada umumnya. Tetapi, semakin bertambah usianya, tentu kondisi itu akan mengganggu. Keluarga Ee Amalia menginginkan tindakan medis bagi Dani.
“Sebagai orang tua, saya dan suami menginginkan Dani dioperasi, agar identitasnya jelas, menjadi laki-laki seutuhnya,” katanya.
Lebih jauh, menurutnya, perilaku Dani memang sama dengan anak laki-laki. Jika buang air kecil, ia berdiri sebagaimana halnya laki-laki.
Ia juga senang main mobil-mobilan, dan memiliki keinginan-keinginan sebagaimana halnya anak laki-laki.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan akan mengupayakan solusi bagi Dani Wahyudin.
Menurut Ato, untuk lebih mengetahui keadaan kelamin ganda ini perlu analisa dan diagnosa yang mendalam.
Perlu pemeriksaan medis juga untuk memeriksa hormon sang anak, apakah hormonnya itu cenderung lebih ke laki-laki, ataukah perempuan.
“Karena kondisi ekonomi keluarganya yang tergolong tidak mampu, tentunya kami akan berupaya mencarikan solusi,” kata Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya. red