KOPI PAGI, ruber.id – Setiap tanggal 23 Agustus, dunia memperingati Hari Pita Hitam, sebuah momen yang mungkin kurang dikenal oleh banyak orang.
Namun, 23 Agustus memiliki makna mendalam dalam sejarah kemanusiaan.
Hari Pita Hitam, dirayakan untuk mengenang para korban totalitarianisme dan otoritarianisme. Terutama, mereka yang menjadi korban dari rezim-rezim komunis dan fasis yang pernah berkuasa di berbagai negara.
Latar Belakang Hari Pita Hitam
Hari Pita Hitam, pertama kali diperingati pada tahun 2009 setelah disepakatinya Deklarasi Bersama oleh Parlemen Eropa pada 23 September 2008.
Deklarasi ini menyatakan, tanggal 23 Agustus, yang juga dikenal sebagai Hari Peringatan Eropa untuk korban Stalinisme dan Nazisme.
Hari ini akan diperingati sebagai hari untuk mengenang korban-korban dari ideologi totalitarian yang menyebabkan penderitaan tak terbayangkan selama abad ke-20.
Tanggal 23 Agustus dipilih, karena bertepatan dengan penandatanganan Pakta Molotov-Ribbentrop pada tahun 1939.
Sebuah perjanjian nonagresi antara Uni Soviet dan Nazi Jerman.
Pakta ini, tidak hanya membuka jalan bagi invasi terhadap Polandia. Tetapi, menyebabkan pembagian Eropa Timur antara dua kekuatan totalitarian besar saat itu.
Hal ini kemudian, membawa penderitaan luar biasa bagi rakyat di wilayah tersebut.
Makna Peringatan
Hari Pita Hitam, memiliki tujuan utama untuk mengingat dan menghormati para korban dari rezim-rezim yang menjalankan kebijakan represif dan totalitarian.
Peringatan ini, menjadi pengingat akan pentingnya demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan individu sebagai pondasi yang harus dijaga agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan.
Melalui peringatan ini, warga diajak untuk merenungkan bagaimana ideologi ekstrem bisa menyebabkan kehancuran besar dan bagaimana pentingnya melawan segala bentuk otoritarianisme sejak dini.
Peringatan ini, menekankan pentingnya menjaga kesadaran sejarah sebagai pelajaran bagi generasi mendatang agar tetap waspada terhadap bahaya totalitarianisme.
Momen Refleksi
Hari Pita Hitam pada 23 Agustus, momen refleksi yang mengingatkan kita akan tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi akibat kekuasaan yang menindas.
Peringatan ini, mengajak kita untuk tidak melupakan masa lalu dan terus berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan keadilan. Sehingga, dunia yang lebih damai dan adil dapat tercipta bagi semua.***