BERITA TASIKMALAYA, ruber.id – Setelah dua tahun tertunda, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater 28 Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, pentaskan naskah berjudul Lysistrata.
Mengisahkan tentang peran perempuan cegah peperangan, pementasan ini turut menghadirkan seniman, mahasiswa, dan aktivis perempuan.
“Pertunjukkan yang sangat gagah, terlihat dari ‘latar kosong’, dan itu membuat penonton berpikir ini bentuk apa sih, gagah pokoknya.”
“Properti juga diolah, seperti bentuk teng baja dan bentuk pertahanan menggunakan ember bekas cat, yang menurut saya tak terpikirkan.” Kata Adien, dari Posstheatron Garut.
Lysistrata karya Aristhopanes yang diterjemahkan oleh WS Rendra ini, ditampilkan oleh Teater 28 Unsil memberikan gambaran perjuangan perempuan dalam menghentikan peperangan di daerahnya.
Dalam suatu adegan ditunjukan, bahwa peperangan lebih banyak merugikan perempuan.
“Dari pementasan ini, berharap kalau pesan yang termuat bisa sampai ke penonton. Ada dua hal yang saya soroti, pertama kritik terhadap laki-laki, apakah laki-laki memang sebatas di selangkangan.”
“Kedua, poin paling penting adalah, kesalahan orang terhadap konsep kesetaran gender, lewat pernyataan di segmen terakhir.”
“Bahwa kesetaraan itu bukan menyamakan perempuan dengan laki-laki, tetapi keseimbangan antara keduanya.” Ujar Firstdha Harin Regia, anggota Konde Sartika.
Pementasan yang dihelat selama tiga hari berturut-turut dari 17-19 Maret 2022 ini bertempat di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya.
Secara umum, tujuan pementasan ini adalah untuk memberikan kesempatan berjumpanya para seniman dan penikmat pementasan teater di Kota Tasikmalaya.
“Pagebluk corona hampir tiga tahun, seniman digonjang sana-sini layaknya polemik kebudayaan.”
“Energi bagi seniman adalah energi kreatifitas, dan harapnya tentu terus berkreatifitas karena hidup ini pendek, seni itu panjang.” Kata Bode Riswandi, Pembina UKM Teater 28 Universitas Siliwangi.
Penulis: Ayu Sabrina/Editor: R003