EKBIS, ruber.id – Strainwaves, brand asal Bandung, Jawa Barat yang menggebrak pasar industri fesyen lewat E-commerce.
Bandung, telah lama dikenal sebagai salah satu pusat mode dan fesyen di Indonesia.
Kota Bandung, kerap menjadi trendsetter dalam gaya berbusana, khususnya di kalangan anak muda.
Tak heran, Bandung menyandang julukan “Paris Van Java,” mengacu pada keindahan dan kreativitasnya dalam dunia fesyen sejak dulu.
Fesyen di Bandung, mencerminkan semangat zaman para generasi muda.
Berbagai toko fesyen tersebar di penjuru kota, menawarkan ragam pilihan gaya.
Namun, seiring perkembangan zaman, pelaku industri fesyen di Bandung mulai beralih ke strategi pemasaran digital.
Selain mengandalkan toko fisik, banyak yang kini memanfaatkan e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Salah satu contohnya, yaitu Strainwaves, sebuah brand topi yang baru berdiri pada Maret 2024.
Strainwaves, Brand Baru yang Menggebrak Lewat E-commerce
Meskipun masih terbilang baru di industri fesyen, Strainwaves telah menunjukkan perkembangan pesat.
Dalam waktu kurang dari setahun, brand ini berhasil menghadirkan lebih dari 65 artikel produk. Termasuk tujuh jenis topi seperti snapback, trucker, 5 panel, 6 panel, klasik, polo caps, dan 7 panel.
Pemilik Strainwaves, Ripqi Rosihul Ilmi, mengungkapkan bahwa sejak awal, brand ini memanfaatkan platform digital untuk menjangkau konsumen.
“Saya merintis Strainwaves hanya berdua, dengan teman saya yang sudah lama berkecimpung di dunia digital marketing,” kata Ripqi.
Menurut Ripqi, perkembangan e-commerce memberikan peluang besar bagi brand baru untuk dikenal luas.
Dengan memasarkan produk melalui platform digital, Strainwaves mampu menjangkau lebih dari 30.000 pengunjung per bulan.
“Kalau offline, jangkauan kami mungkin hanya di Bandung. Tapi dengan e-commerce, kami bisa menjangkau pasar internasional,” kata Ripqi.
Tantangan dan Komitmen untuk Menjaga Produk Berkualitas
Mengikuti gaya fesyen anak muda yang terus berubah, menjadi tantangan tersendiri bagi Strainwaves.
Selain harus berinovasi dalam desain, brand ini juga berkomitmen menjaga kualitas produknya.
Bahkan, hampir seluruh bahan baku yang digunakan adalah impor, seperti visor dari Korea dan kancing khusus dari luar negeri.
“Inovasi dan kualitas, adalah kunci untuk tetap bersaing di industri ini,” tegas Ripqi.
Ripqi menyebutkan, strategi pemasaran digital seperti iklan dan hiburan di media sosial menjadi elemen penting dalam membangun kesadaran merek.
Harapan ke Depan
Meski masih merintis, Ripqi optimis bahwa Strainwaves dapat bertahan lama dan terus berkembang.
“Melalui aplikasi dan platform digital, saya yakin produk kami bisa semakin dikenal. Ke depan, kami juga berharap dapat mengembangkan lini produk lain seperti kaos, celana, dan lainnya, sehingga tidak hanya fokus pada topi,” kata Ripqi.
Strainwaves, menjadi bukti nyata bahwa digitalisasi membawa peluang besar bagi industri fesyen, terutama bagi brand baru.
Dengan kombinasi kreativitas, kualitas, dan strategi pemasaran yang tepat, Bandung terus menunjukkan posisinya sebagai pusat mode dan inovasi di Indonesia.***