Sembilan Hari, Pelajar asal Jepang Belajar Budaya Sunda di Tasikmalaya

PELAJAR asal Jepang saat Paturay Tineung di MAN 2 Tasikmalaya. ayana/ruang berita

TASIKMALAYA, ruber — Tidak kurang dari 9 hari, pelajar asal Shizouka Gakuin Jepang tinggal dan belajar di Tasikmalaya.

BACA JUGA: 4 Siswa Shizouka Gakuin Jepang Akan Belajar Budaya Sunda di MAN 2 Tasikmalaya

Empat pelajar asal Jepang terdiri dari Kyota Ohnishi, Keisuke Kobayashi, Teppei Tsubouchi, dan Hiroya Hanazaki ini belajar budaya Sunda di MAN 2 Tasikmalaya.

Senin (18/2/2019) kemarin, merupakan hari terakhir mereka tinggal di Tasikmalaya.

Di hari terakhir ini, MAN 2 Tasikmalaya melakukan prosesi upacara Paturay Tineung (pelepasan) di aula gedung MAN 2 Tasikmalaya.

Acara berlangsung meriah. Selain disuguhi penampilan seni tari, nyanyian Sunda dan Jepang, para siswa beserta guru dibuat terpukau dengan penampilan seni bela diri pencak silat.

Uniknya lagi, keempat siswa negeri Sakura tersebut ikut dalam penampilan pencak silat ini.

Sontak saja penampilan mereka membuat suasana gedung aula riuh dengan teriakan histeris siswi MAN 2 Tasikmalaya.

Sesaat sebelum acara perpisahan, ruber berkesempatan wawancara dengan Wakil Kepala Shizouka Gakuin Japan Masaki Tashiro dan guru pendamping Keigo Okada.

Baca juga:  Siswa Sekolah Luar Biasa asal Kota Tasikmalaya Siap Berlaga di FLS2N SLB Tingkat Provinsi

Pada kesempatan tersebut, Keigo mengungkapkan rasa kagum atas sambutan dari pihak sekolah dan warga Tasikmalaya.

“Kami sangat terkesan dengan keramahtamahan orang-orangnya dan sangat senang berada di sini.”

“Kami diajak berkeliling mengunjungi objek wisata, seperti Gunung Galunggung, wisata Kampung Naga dan ke galeri batik,” ungkapnya.

Kepada ruber, Keigo mengaku baru kali ini dia berkunjung ke Indonesia terutama ke Tasikmalaya.

Dia mengaku, hanya mengenal Indonesia lewat televisi dan internet saja.

“Terima kasih Indonesia, terima kasih Tasikmalaya, arigato gozaimasu,” katanya.

Dia pun berjanji akan berkunjung lagi ke Tasikmalaya, kelak nanti.

Senada, Wakil Kepala Sekolah, Tashiro mengaku senang selama berada di Tasikmalaya.

Ketika diminta tanggapan mengenai budaya Sunda, ia mengatakan kebudayaan Sunda sangat berbeda dengan kebudayaan di Jepang.

“Seperti kebiasaan makan, orang Sunda selalu makan dengan tangan, kalau di Jepang menggunakan sumpit,” ujarnya seraya tertawa.

Bukan itu saja, kata dia, ternyata di Sunda juga diajarkan tentang tata cara makan yang baik dan sopan.

Baca juga:  Auri Coffee Tasikmalaya, Tempat Nongkrong Hits Dijamin Asik

“Kami sangat terkesan,” ungkapnya.

Tashiro menambahkan, di sekolah Jepang sendiri pembelajaran kebudayaan juga diterapkan.

Seperti belajar musik tradisional, membaca literatur kebudayaan Jepang dan sejarah Jepang.

“Saya kira pembelajaran kebudayaan sangat penting ditanamkan sejak dini, ini menyangkut jati diri.”

“Selain mengenalkan kebudayaan sendiri pada pelajar generasi muda di Jepang, kami juga sering keluar negeri untuk memperkenalkan budaya Jepang,” sebutnya.

Seperti halnya di Indonesia, di Jepang juga ada kegiatan belajar ekstrakurikuler bela diri.

“Kalau di sekolah sini kan belajar pencak silat, khusus di Sizhouka Gakuin Japan adalah bela diri Judo sebagai ekskulnya,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Tashiro, sistem pendidikan di Jepang hampir sama dengan Indonesia.

Seperti SD enam tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun. Hanya yang membedakan di Jepang sedikit lebih maju dalam sistem pembelajarannya.

“Di mana sistem pembelajarannya dipadukan dengan teknologi. Tapi saya percaya, Indonesia juga nanti akan sama dengan kami,” terangnya.

Baca juga:  KCD Pendidikan Wilayah VIII Jabar Rapatkan Barisan Tolak Perundungan

Di akhir pembicaraan, Tashiro berpesan agar kerjasama dalam hal pendidikan antara Jepang dan Indonesia terus ditingkatkan lagi.

“Kami akan sangat terbuka dengan siswa asal Indonesia untuk belajar di Jepang,” tuturnya.

Ketika ditanya hal apa yang paling berkesan, spontan Tashiro menyebutkan durian.

“Durian! Buah yang sangat mengejutkan. Ini pertama kali saya mencicipi, aromanya sangat menyengat. Saya kurang suka dan hanya mencoba sedikit saja. Di Jepang tidak ada durian,” ucapnya lagi.

Terpisah, Kepala MAN 2 Tasikmalaya Hj Neng Ida Nurhalida mengaku bersyukur atas terselenggaranya program ini.

“Dari awal sampai akhir, Alhamdulillah berjalan lancar, berkat dukungan berbagai pihak.”

“Dari program ini, hikmah yang didapat bagi sekolah adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergaul secara luas dengan siswa asal negara lain, dalam kesempatan kali ini bersama pelajar asal Jepang” ujarnya.

Hal ini, kata Ida, penting supaya mereka terbuka wawasannya. Terlebih, menghadapi era globalisasi sekarang ini.

“Diperlukan kesiapan supaya mereka menyikapi dunia global tanpa menghilangkan jati diri sebagai orang Indonesia,” katanya. ayana

loading…