KOTA DEPOK, ruber.id — Pemilihan kepala daerah atau Pilkada Kota Depok, Jawa Barat tahun 2020, diprediksi bakal diwarnai banyak kejutan.
Setidaknya, hal ini dapat terlihat dari hasil survei yang dilakukan Klinik Digital Vokasi Universitas Indonesia (UI) bekerjasama dengan Depok 24 Jam.
BACA JUGA: Jelang Pilkada 2020, Bawaslu Jabar Gencar Sosialisasi
Di mana diketahui, respons warga Kota Depok terhadap elektabilitas partai sangat-sangat kecil.
Kepala Klinik Digital Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati menyatakan, melalui survei kualitatif dengan google form, terjaring 2.800 responden.
Seluruh responden merupakan warga Kota Depok. Di mana, hasil survei itu mereka menyatakan bahwa sosok calon walikota Depok 2020 nanti, bukan sosok dari partai politik asal daerah, atau dengan kata lain ‘Siapa Saja’.
“Jadi, mereka (Warga Kota Depok) tidak memerdulikan asal usul si pemimpin. Tapi pada intinya, ia (pemimpin) harus mampu menyelesaikan masalah Kota Depok secara nyata.”
“Seperti halnya masalah kriminal, pendidikan, hingga permasalahan sampah. Mereka (Warga Depok) juga tidak peduli datang dari kalangan mana (Partai atau Nonpartai), atau bukan orang Depok asli sekalipun.”
“Namun yang terpenting (Bagi warga Depok), mampu menjawab pertanyaan tadi,” ucap Devie, Ahad (15/9/2019).
Selain rendahnya elektabilitas partai politik, kata Devie, kepuasan akan birokrasi pun terukur hanya 2% saja.
Angka ini, kata Devie, banyak menunjukkan ketidakpuasan warga terhadap Pemkot Depok saat ini.
Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Kota Depok kini butuh sosok baru yang penuh gagasan dan mendukung penuh generasi milenial.
“Pemkot Depok hingga saat ini mewakili kelompok tertentu selama kurang lebih 15 tahun. Hal ini, butuh oksigen baru.”
“Warga Kota Depok membutuhkan sosok muda dengan rentang usia 30-40 tahun.”
“Sebab, yang ternyata dilihat saat ini adalah pemimpin yang dapat mengambil keputusan dengan cepat, atau cepat dalam merealisasikan program.”
“Jika dilihat dari segi popularitas, Iwan Fals paling difavoritkan netizen untuk masuk bursa Pilkada Kota Depok mendatang,” ujarnya.
Devie mengakui jika hasil survei tersebut sama seperti Pilkada serentak tahun sebelumnya, tepatnya saat Pilgub Jawa Barat.
Sebab, kata Devie, hasilnya tampak reliable dalam merepresentasikan kehendak warga Kota Depok.
“Hasil dari penelitian kami pada survei tahun lalu, juga sama yakni pemilihan warga terhadap partai sangat sedikit, yaitu hanya 2%,” katanya.
Devie berharap, hasil penelitiannya ini dapat menjadi acuan bagi partai politik di Kota Depok, sebagai jawaban keresahan, dan keinginan masyarakat.
“Hasil survei ini pun telah digunakan di luar negeri dan itu telah dibuktikan. Di mana hasilnya, hampir sama seperti di real count,” ucapnya.
Di bawah ini hasil survei lengkap yang dilakukan Vokasi Universitas Indonesia (UI):
– Faktor partai dan personal sudah tidak menjadi patokan warga/netizen memilih. Patut diduga, ada kejenuhan warga dalam menaruh harapan perubahan pada partai politik di Kota Depok;
– Warga atau netizen Kota Depok merupakan pemilih cerdas akan lebih memilih kinerja jika dibanding partai politik atau personal.
Baca Juga :
Pilkada Kota Depok 2020, Hasil Survei UI: Warga Makin Tak Percaya Partai Politik, Iwan Fals Dijagokan
Pilkada 2020: Jeje Diusung PDI Perjuangan Jadi Bupati Lagi
Akan tetapi, mereka (Warga) masih punya selera konvensional untuk tetap mempertahankan preferensi terhadap tokoh muslim dengan gender laki-laki.
– Harapan tinggi warga atau netizen di Kota Depok terhadap berbagai masalah klasik perkotaan di Kota Depok.
Khususnya yang mejadi pekerjaan rumah (PR) bertahun-tahun. Seperti tata kelola, kemacetan, manajemen kota, dan masalah klasik lainnya.
– Harapan dari survei ini dapat menjadi patokan bagi para pengurus partai politik untuk menentukan bakal ccalon walikota/wakilakil walikota Depok, yang memenuhi ekspektasi. moris
SUMBER foto ilustrasi: bacapesan.com