TASIK KOTA, ruber — SEUSAI pemilihan legislatif 2019, peta kekuatan politik Kota Tasikmalaya berubah. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sebelumya menguasai lembaga perwakilan, tersungkur.
Perolehan suara dan kursi PPP anjlok, tergeser oleh Gerindra. Sebaliknya, Gerindra duet bersama PKS, meroket tanpa gangguan.
Total perolehan suara, Gerindra mengantongi 16.132 suara disusul PKS dengan 7.934 suara.
Sementara PPP dan PDI Perjuangan harus puas dengan perolehan 6.631 dan 7.659 suara.
Sementara itu, KPU Kota Tasikmalaya belum melakukan penetapan terhadap para caleg yang lolos.
Pasalnya, KPU masih menunggu informasi resmi Mahkamah Konstitusi terkait ada atau tidaknya gugatan hasil Pileg DPRD Kota Tasikmalaya.
“Jika tidak ada permohonan gugatan sengketa pemilu legislatif, paling lama tiga hari setelah itu akan dilakukan penetapan. Namun, jika ada sengketa, paling lama tiga hari setelah putusan MK,” kata Ketua KPU Ade Zaenul Muttaqin melalui pesan WhatsApp, Senin (27/5/2019).
Arifin, pemerhati politik asal Universitas Padjadjaran menyebutkan bahwa ambruknya perolehan suara PPP di Kota Santri mungkin terimbas oleh kasus hukum yang menjerat sejumlah kadernya.
“Bisa jadi begitu. Sementara PKS begitu agresif mengampanyekan rencana-rencana program populis,” ungkapnya.
Selain itu, kata Arifin, tak bisa dipungkiri, pilpres berpengaruh juga terhadap pilihan masyarakat dalam Pileg.
“Itu seperti tradisi politik. Parpol pengusung capres biasanya turut berkilau di daerah,” tandasnya. eta