PANGANDARAN, ruber — Masyarakat Pangandaran lebih suka membaca di pojok baca atau ruang terbuka dibanding datang ke perpustakaan daerah.
Alasannya, kondisi perpustakaan umum di Kabupaten Pangandaran masih dianggap kurang representatif.
Kepala Bidang Pengolahan Layanan dan Pelestarian Bahan Perpustakaan pada Dinas Peprustakaan dan Kerasipan Daerah Kabupaten Pangandaran Solihudin mengatakan, minat baca di Pangandaran dinilai cukup baik.
Itu, jika dilihat dari total kunjungan masyarakat ke perpustakaan pada tahun 2018 lalu.
“Tahun 2018 total kunjungan ke perpustakaan mencapai 2.000 orang dari target kunjungan sebanyak 1.000 orang,” katanya kepada ruber, Kamis (18/7/2019).
Solihudin menuturkan, untuk meningkatkan minat baca warga Pangandaran, Dinas Perpustakaan menggandeng berbagai komuintas.
Di antaranya Sabalad, Plankton, Taman Baca Masyarakat (TBM), dan komunitas Punk.
“Kerjasamanya itu berbentuk silang layan, mereka dipinjami buku, kemudian nanti dikembalikan lagi, lalu ditukar lagi dengan buku yang baru,” tuturnya.
Tanpa kerjasama dengan berbagai komunitas, kata Solihudin, akan sulit untuk menumbuhkembangkan minat baca secara luas.
“Mereka lebih memilih datang ke pojok baca di Lapang Merdeka, Alun-alun Parigi dan Pangandaran Creative Space.”
“Wajar saja, karena fasilitas layanan dan letak perpustakaan umum sendiri masih dianggap kurang representatif,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata Solihudin, di perpustakaan umum juga belum ada sekat antara ruang baca anak-anak dan dewasa.
“Pengklasifikasian buku pun masih kurang, karena minimnya SDM,” tambahnya. dede ihsan