NEWS, ruber.id – Pemerintah Kabupaten Sumedang terus mencatat kemajuan dalam menurunkan angka stunting, namun tantangan besar masih membayangi.
Berdasarkan data terbaru tahun 2025, kebiasaan merokok di dalam rumah menjadi faktor penyebab paling dominan yang menghambat upaya percepatan penurunan kasus stunting di daerah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Dikdik Sadikin mengungkapkan, dari hasil analisis data Sigizi Kesga per 30 September 2025, sebanyak 89.70% kasus stunting masih berkaitan dengan paparan asap rokok di lingkungan rumah tangga.
“Asap rokok yang dihirup ibu hamil atau anak balita sangat berisiko mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.”
“Ini menunjukkan, perubahan perilaku keluarga menjadi kunci utama dalam menekan angka stunting,” jelas Dikdik dalam Rakor Publikasi Data Stunting 2025, Selasa (21/10/2025).
Angka Stunting Turun Signifikan
Meski masih ada tantangan, Sumedang mencatat hasil menggembirakan dalam penurunan angka stunting.
Data menunjukkan prevalensi stunting balita (usia 0-59 bulan) tahun 2025 mencapai 6.74%, turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, angka stunting pada baduta (0-23 bulan) juga menurun menjadi 4.26%, dari sebelumnya 5 persen pada 2024.
Pemerintah daerah menilai, penurunan ini tak lepas dari pelaksanaan aksi konvergensi berbasis data yang dilakukan secara terintegrasi oleh lintas sektor dan puskesmas di seluruh wilayah intervensi.
Sebaran Kasus dan Wilayah Tertinggi
Meskipun angka stunting menurun, beberapa wilayah masih menjadi perhatian.
Kecamatan Jatigede (10.92%) dan Ujungjaya (9.36%) mencatat kasus tertinggi. Sedangkan, Kecamatan Wado menjadi wilayah dengan kasus terendah yaitu 3.13%.
Sebagian besar kecamatan menunjukkan penurunan kasus, namun masih ada lima kecamatan yang mengalami peningkatan prevalensi. Yaitu Sukasari, Cisitu, Darmaraja, Paseh, dan Buahdua.
Edukasi dan Intervensi Kesehatan
Dinas Kesehatan Sumedang bersama UPTD Puskesmas telah melakukan sejumlah intervensi terhadap balita stunting.
Langkah yang ditempuh meliputi edukasi dan konseling bagi keluarga (99.82%), pelaporan dan tindak lanjut di puskesmas (98.95%), kunjungan ulang (78.67%).
Lalu, pemantauan tumbuh kembang anak melalui KPSP (56.27%), serta rujukan ke rumah sakit bagi kasus berat (3.77%).
Dikdik menegaskan, upaya ini tidak hanya berfokus pada pemberian gizi dan pelayanan kesehatan, tetapi juga pada pembentukan perilaku hidup sehat di rumah.
“Intervensi kesehatan tidak akan maksimal jika di dalam rumah masih ada kebiasaan merokok. Karena itu, edukasi keluarga menjadi sangat penting,” ujarnya.
Faktor Lain Penyebab Stunting
Selain rokok, sejumlah faktor lain turut mempengaruhi tingginya angka stunting di Sumedang.
Seperti ketiadaan kepesertaan JKN/BPJS (44.94%), riwayat ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (10.41%), tidak melakukan imunisasi (3.38%).
Kemudian, penyakit penyerta (2.24%), kecacingan (1.23%), tidak memiliki jamban sehat (1.08%), serta minimnya akses air bersih (0.84%).
Komitmen Menuju Generasi Sehat
Kabupaten Sumedang, dinilai telah berada di jalur yang tepat dengan capaian pengukuran balita mencapai 99,61 persen dari total 68.873 anak.
Data by name by address yang akurat kini menjadi dasar pemerintah dalam melakukan intervensi gizi secara tepat sasaran.
“Sumedang sudah menunjukkan kemajuan signifikan dalam menekan angka stunting.”
“Namun, keberhasilan penuh baru akan tercapai jika seluruh keluarga sadar akan pentingnya lingkungan rumah yang sehat tanpa asap rokok,” kata Dikdik. ***