Perkembangan Teknologi Pendidikan di Tengah Pandemi

SARMAN, S.Pd. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka Jakarta.

DALAM dunia pendidikan ada banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah perkembangan dan kemajuan dalam pendidikan yang menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM). Yang mampu bersaiang di setiap kemajuan zaman dan perubahan pembaharuan pada IPTEK.

Jelas pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Saat ini penjajahan bukan seperti dahulu baku tembak, pembunuhan secara langsung.

Namun penjajahan dilakukan dengan menyerang secara tidak langsung menggunakan kecanggihan teknologi dan media elektronik. Yang menghancurkan kecerdasan anak dalam ilmu pengetahuan, agama, moral, etika.

Oleh karena itu, di era abad 21 atau yang dikenal dengan sebutan zaman now di mana semua beralih pada media elektronik, digital dan aplikasi.

Lalu pada peran guru khususnya orang tua dan lembaga negara harus lebih protek lagi terhadap generasi penerus bangsa dengan cara terus berinovasi dan berkarya.

Serta mengembangkan fasilitas pembelajaran di Indonesia untuk dapat melawan penjajah secara diam-diam ini. Di mana peserta didik kita diserang dengan Handphone, aplikasi yang diakses mudah menghibur yang membuat siswa lebih sering berinteraksi.

Baca juga:  Partisipasi Politik Perempuan dalam Islam

Lalu bagaimana peran guru, orang tua dan pemerintah untuk menyeimbangkan antara belajar, bermain, bersosial media dan berkarya yang positif.

Arus Teknologi Tak Terbendung

Untuk mencegah arus teknologi yang tak terbendung ini adalah dengan mengikuti perkembangan teknologi dan memasukkannya dalam proses dan kegiatan pembelajaran.

Meski ada hal yang tidak mungkin, akan tetapi kita selaku guru, orang tua adalah ujung tombak pendidikan di Indonesia. Maka harus mengikuti kemajuan teknologi. Dengan cara seperti ini pendidikan Indonesia bisa diselamatkan.

Berbeda pada saat sebelum pandemi. Di mana teknologi, media, aplikasi, sarana digital lainnya belum begitu update di dunia pendidikan. Terutama di belahan daerah pelosok negeri Indonesia ini.

Kanapa, karena kita tahu untuk jangkauan internet saja masih kurang bagus. Begitupun dengan fasilitas utamanya komputer, laptop, handphone, jarang sekali yang memillikinya.

Namun inilah yang diistilahkan dalam dunia pendidikan. Yakni ‘Belajar dari Covid-19’ atau ‘Belajar dari Pandemi’. Ya istilah ini benar, ternyata saat inilah semua guru, orang tua, siswa dan kita benar-benar belajar dari kejadiaan yang melanda di seluruh dunia.

Baca juga:  [OPINI] Ketimpangan antara Pembangunan dan Penanaman

Guru belajar dengan inovasi baru yang lebih canggih memilih aplikasi, media dan sarana yang cocok. Untuk digunakan dan mudah diakses oleh siswa serta orang tua.

Jika dulu orang tua hanya cukup mengantar siswa ke depan pintu gerbang sekolah saja, menyerahkan segala proses pembelajaran sepenuhnya pada guru. Tapi saat ini orang tua lah yang berada di depan saat siswa melakukan kegiatan belajar di rumah.

Mungkin untuk kalangan menengah ke atas hal ini sudah biasa dan banyak dari mereka sudah sangat familier dengan teknologi, aplikasi, media online, dalam menunjang kegiatan pembelajaran.

Tetapi untuk kalangan menengah ke bawah, hal ini adalah hal yang sangat baru untuknya. Bahkan ada yang tidak mengerti sama sekali, karena keadaan yang tidak mendukung, seperti fasilitas maupun pengetahuannya.

Akhirnya hal ini yang menjadi suatu pengalaman dan menambah wawasan baru bagi mereka yang awalnya tidak mengenal, tidak terbiasa, menjadi mengenalnya dan menjadi hal yang baru untuk mereka dan terbiasa.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring

Yang menarik bagi saya dalam menulis artikel ini adalah menjadi trending di tengah pandemi Covid-19. Di mana proses kegiatan pembelajaran beralih ke dalam jaringan (daring) atau online.

Baca juga:  Kenapa Bangga Berbuat Jahat dan Dosa?

Tidak menutup kemungkinan ada beberapa kendala dalam proses pembelajaran tersebut. Di antaranya fasilitas yang tidak semua memiliki, kendala sinyal, harga kuota dan pengetahuan dalam menggunakannya.

Inilah yang menjadi tantangan bagi pemerintah, sekolah dan juga orang tua. Namun dari proses inilah kini teknologi, aplikasi dan media online dikenal. Tidak hanya di kalangan menengah ke atas, tapi kalangan menengah ke bawah sudah menggunakannya sebagai sarana baru untuk mendukung pembelajaran.

Untuk kamu yang di daerah pedalaman, untuk kamu dari kalangan menengah ke bawah, inilah dunia baru kalian teknologi, aplikasi dan media dalam pembelajaran di tengah pandemi.

Hikmah pandemi teruslah berusaha berinovasi mencari dan beradaptasi dengan teknologi, aplikasi, media-media baru dalam pembelajaran.

Yang perlu kalian ingat adalah bahwa teknologi, aplikasi, media-media adalah buatan manusia. Maka belajarlah dan taklukkan mereka dan tunjukkan bahwa kalian pun bisa mengoperasikannya. ***

OLEH:
SARMAN, S.Pd

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka Jakarta