Gunung Parang di Langkaplancar, Ada Makam 2 Kesatria Pengawal Raja Galuh

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Gunung Parang di Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat merupakan peristirahatan akhir dua orang kesatria pengawal Raja Galuh Medangkamulyan bernama Ajisaka.

Referensi tutur menerangkan, kedua pengawal raja tersebut bernama Sembada dan Dora yang menjadi kepercayaan Ajisaka.

Suatu hari, sebelum menjadi Raja Galuh Medangkamulyan, Ajisaka mengutus Sembada untuk membuka perkampungan dengan diamanatkan sebuah pusaka.

Saat menitipkan pusaka, tak satu orang pun yang mengetahui, termasuk satu orang pengawal lainnya yang bernama Dora.

Ajisaka menjadi Raja Galuh Medangkamulyan menggantikan raja sebelumnya, yakni Prabu Dewata Cengkrang.

Pergantian raja itu dilatarbelakangi sebuah pertempuran yang hebat antara Ajisaka dengan Prabu Dewata Cengkrang.

Baca juga:  Peringati Hari Buku Sedunia, Tblisi Georgia Jadi Ibu Kota Buku Dunia

Salah seorang dalam pertarungan itu pun berujung pada kematian. Prabu Dewata Cengkrang wafat di Pantai Karapyak.

Setelah resmi menjadi Raja Galuh Medangkamulyan, Ajisaka memanggil Dora dan mengutus agar menemui Sembada. Untuk mengambil sebuah pusaka yang pernah dititipkannya.

Dora akhirnya berhasil menemukan Sembada. Dan menyampaikan amanat dari Raja Ajisaka untuk membawa pusaka yang pernah dititipkan.

Sembada memegang teguh amanat untuk tidak memberikan pusaka titipan Raja Ajisaka kepada siapa pun.

Dora pun tidak akan pulang menemui Raja Ajisaka sebelum bisa membawa pusaka yang dititipkan ke Sembada sebelumnya.

Karena enggan memberikan pusaka, akhirnya Sembada bertarung dengan Dora. Pertarungan itu juga berujung kematian.

Keduanya sama-sama kuat. Sembada dan Dora meninggal dan disemayamkan di Gunung Parang yang berlokasi di Dusun/Desa Jayasari, Kecamatan Langkaplancar.

Baca juga:  Atalia Ridwan Kamil Saksikan KOAS di Pangandaran

Posisi makam Sembada dan Dora, antara kepala dengan kepala saling berlawanan. Kata lain dalam bahasa Sunda adalah patunjang-tunjang.