GAYAIN, ruber.id – Bagaimana rasanya meminum kopi luwak yang berasal dari kotorannya? Bagi yang pernah, pasti merasa tercengang akan harganya yang tinggi.
Setiap cangkir kopi luwak, bisa dihargai hingga ratusan ribu rupiah. Tentu, ini menjadi tantangan tersendiri.
Karena, tidak setiap orang mau mengeluarkan biaya mahal demi secangkir kopi.
Dilansir dari National Geographic, fermentasi bijih kopi bisa berasal dari perut burung, gajah, dan muntahan monyet.
Saat ini, ketiga jenis hewan tersebut telah menjadi komoditas baru kopi.
Kopi Kotoran Gajah dari Thailand
Satu contohnya, adalah bijih kopi yang diproses melalui fermentasi perut gajah.
Harganya fantastis, yaitu bisa mencapai Rp200.000 setiap cangkir kopinya.
Gajah Asia pemroses bijih kopi tersebut, bisa dicek di Provinsi Surin, Thailand.
Blake Dinkin, adalah pria berkebangsaan Kanada yang memulai usaha ini pada tahun 2012 lalu.
Selaku pemilik, Dinkin memelihara tujuh gajah yang memfermentasi bijih kopi di perut mereka.
Proses ini, mengurangi rasa pahit khas kopi setelah akhirnya keluar bersama feses gajah.
Produk bernama Black Ivory Coffee ini, telah mencapai rekor sebagai kopi terlangka sedunia.
Hanya sekitar 250 kilogram saja yang terproduksi selama tahun 2023, lalu.
Kopi Luwak dari Indonesia
Kopi luwak, tentu menjadi animo tersendiri bagi warga Indonesia.
Setelah dikenal selama beberapa dekade, distribusi kopi luwak kini telah mencapai hingga AS, Eropa, dan banyak negara Asia.
Industri kopi luwak pun telah mencapai hingga $7.5 Miliar Dolar AS pada tahun 2024 lalu.
Industri kopi luwak, diperkirakan mencapai 10 Miliar Dolar AS, pada tahun 2030 mendatang.
Banyak petani kopi dari pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi memelihara pula luwak sebagai komoditas bagi produk agrikultur mereka.
Dilansir dari Agrotekno, dengan kunjungan langsung ke area petani kopi, wisatawan dapat melihat bagaimana proses saat luwak mengonsumi bijih kopi hingga tereksresi.
Bentuk kandang pun bervariasi, karena luwak sekaligus tumbuhan kopinya membutuhkan area habitat yang cukup luas.
Beberapa kedai kopi, bahkan menempatkan luwak tersebut sebagai penerima tamu.
Luwak pun diberi porsi khusus, yaitu makan bijih kopi hanya tiga kali seminggu.
Empat hari sisanya, petani memberikan makanan lain karena luwak termasuk omnivora.
Prosedur ini, dilaksanakan agar luwak menjadi sehat. Karena tanpa luwak yang sehat, kopi tidak akan terproduksi dan petani pun merugi.
Kopi dari Kotoran Burung dan Monyet
Kopi yang berasal dari feses burung pun mulai dikenal di negara Amerika Selatan, Brazil.
Bijih kopi ini berasal dari burung yang hampir punah, yaitu burung Jacu.
Terdapat pula, keunikan lainnya dari India, yaitu kopi monyet.
Kopi monyet bukan berasal dari proses feses, tetapi dari muntahan monyet yang diproses kembali bijih kopinya.
Tidak perlu khawatir akan kebersihan serta kesehatan kopi khas kotoran ini.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, proses pengolahan awal adalah proses terpenting bagi kopi luwak.
Pencucian dan penjemuran kopi setelah tereksresi, adalah proses awal yang utama, dan menentukan sehat atau tidaknya bijih kopi.
Proses ini, menentukan pula kualitas kopi dari kotoran luwak dan binatang lainnya hingga diseduh. ***