BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Halo kerupuk lovers! Gimana rasanya makan nasi, bakso, mie instan dan makanan lainnya tanpa ditemani kerupuk?
Disini kalian akan mengetahui mengenai salah satu jenis kerupuk yang hits di Indonesia. Ada yang tahu? Yupss benar yaitu kerupuk ikan, rasanya yang gurih dan bertekstur renyah membuat kerupuknya ini banyak peminatnya mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.
Kerupuk ikan merupakan sebuah produk makanan kering yang terbuat dari tepung pati, daging ikan dengan menambahkan bahan-bahan lainnya. Dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI 1999).
Pengolahan produk kerupuk ini sangat menguntungkan, sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat. Dalam satu kali produksi sebuah industri pengolahan kerupuk ikan dapat menghasilkan ±1600 kg kerupuk dari ±392 kg ikan segar.
Nilai tambah tersebut dapat mencapai Rp38.287/kg atau 4.08 kali harga ikan dalam bentuk segar. Kelebihan kerupuk ikan ini adalah memiliki kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan kerupuk biasa (tanpa ikan).
Di mana, protein ini baik untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak. Segmentasi kerupuk ini di pasar sangat luas dan harganya relatif murah. Sehingga, produk ini dapat dibeli serta dikonsumsi mulai dari orang berpenghasilan rendah hingga tinggi.
Hingga saat ini, belum ada data mengenai jumlah kebutuhan konsumen terhadap kerupuk ikan. Namun jika diperkirakan, tingkat konsumsi kerupuk ini relatif tinggi, karena produk olahan ini banyak digemari masyarakat.
Biasanya permintaan kerupuknya dilakukan oleh toko/mini market, pedagang, usaha penggorengan sampai kegiatan acara. Bentuk produk dari kerupuk ini sangat bervariasi, mulai dari bentuk kepingan, bunga dan wheel.
Kemudian, dijual dalam keadaan mentah dan matang dengan packaging menggunakan plastik polypropilena. Biasanya, penjualan produk ini dengan jarak jauh berbentuk mentah. Sedangkan untuk jarak lebih dekat, kerupuk diedarkan dalam keadaan matang.
Saluran pemasaran produk kerupuknya biasanya sebagian besar pengusaha memasarkan ke konsumen akhir melalui 3 cara, yakni usaha penggorengan, toko/agen dan pengecer/retail.
Promosi yang dilakukan oleh para pengusaha kerupuk masih kurang, karena sebagian besar pengusaha kerupuk masih berskala tradisional. Sehingga, hal itu dikhawatirkan akan menambah pengeluaran biaya.
Padahal, kegiatan promosi sangat diperlukan agar menambah daya jual produk pada konsumen. Misalnya dengan brosur, pamflet dan secara online (website, e-commerce dan media social). ***
Penulis: Nia Isnaini (Mahasiswa Perikanan Unpad Pangandaran)