BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pangandaran mencatat penurunan jumlah kasus penderita demam berdarah dengue (DBD) dalam dua tahun terakhir.
Namun, Dinkes Pangandaran tetap mewaspadai terjadinya wabah DBD tahun ini.
Data Dinkes Pangandaran, mencatat total sebanyak 312 kasus DBD dalam dua dua terakhir.
Di mana, 175 kasus terjadi pada 2017 dengan jumlah korban meninggal empat orang.
Sementara pada 2018, terjadi penurunan menjadi 137 kasus, dengan korban meninggal satu orang.
“Dalam dua tahun, penderita DBD ada penurunan di Kabupaten Pangandaran.”
“Itu semua, laporan yang kami terima dari Puskesmas di 10 kecamatan,” kata Sekretaris Dinkes Kabupaten Pangandaran, Yadi Sukmayadi.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran dokter Yati Nur Hayati menuturkan, saat ini belum menerima laporan dari tiap Puskesmas terkait kasus DBD.
“Untuk (awal) 2019 kami belum menerima laporan, mungkin nanti di awal bulan Februari baru ada datanya,” tuturnya kepada ruber.id, Kamis (24/1/2019).
Yati menyebutkan, secara zonasi kasus di Kabupaten Pangandaran banyak ditemukan di Kecamatan Parigi dan Pangandaran.
Karenanya, meski cenderung turun, tapi Dinkes Pangandaran tetap memwaspadai terjadi wabah, khususnya yang menyerang anak-anak.
“Penyakit DBD, kebanyakan diderita kalangan anak-anak. Sebab, mereka masih lemah daya tahan tubuhnya,” sebutnya.
Saat ini, kata Yati, penanganan serius pada penderita harus dirujuk ke rumah sakit. Karena, RSUD Pangandaran belum beroperasi.
“Upaya pencegahan dan pelayanan pada masyarakat, kami sudah memberi mesin fogging ke tiap Puskesmas.”
“Masyarakat bisa langsung meminta ke pihak Puskesmas, untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Tanpa ada pungutan biaya,” ujarnya.
Selain itu, kata Yati, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
“Nyamuk yang menyebabkan DBD itu, paling suka bertelur di air menggenang dan air bersih,” ucapnya.***