Doa dan Solidaritas Kemanusiaan Mengalir di Festival Cut Nyak Dien 2025

Festival Cut Nyak Dien 2025
Ist/ruber.id

NEWS, ruber.id – Nada, doa, dan solidaritas kemanusiaan menyatu dalam Festival Cut Nyak Dien 2025 yang digelar di Geotheater Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Sabtu (13/12/2025) malam.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi peringatan sejarah perjuangan pahlawan nasional Cut Nyak Dien, tetapi juga ruang kebersamaan untuk mengirimkan doa dan empati bagi masyarakat Aceh dan wilayah lain yang tengah dilanda bencana.

Sejak awal acara, suasana khidmat terasa ketika ratusan hadirin larut dalam lantunan doa bersama. Doa dipanjatkan khusus bagi para korban bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, sebagai wujud kepedulian dan ikatan kemanusiaan lintas daerah.

Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir dalam sambutannya mengajak seluruh hadirin untuk menjadikan kebersamaan malam itu sebagai amal ibadah sekaligus penguat ukhuwah.

Baca juga:  Optimalisasi Pengelolaan DBHCHT 2024 di Sumedang melalui Capacity Building

“Kita berkumpul dalam nada dan doa, bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menguatkan rasa kemanusiaan. Apa yang dirasakan masyarakat Aceh, itulah yang dirasakan masyarakat Sumedang. Kita satu tubuh dalam rasa, satu tubuh dalam sejarah, dan satu tubuh dalam nilai-nilai kemanusiaan,” ujar Dony.

Ia juga mengajak seluruh hadirin mendoakan para korban bencana agar yang wafat mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, yang terluka segera disembuhkan, serta masyarakat terdampak diberi ketabahan dan kekuatan menghadapi ujian.

Doa bersama tersebut menjadi inti dari pesan Festival Cut Nyak Dien, bahwa perjuangan tidak hanya diwariskan melalui sejarah, tetapi juga melalui kepedulian dan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Baca juga:  Polisi Tangkap 2 Kurir Pengedar Sabu di Paseh Sumedang

Ketua Pelaksana kegiatan, Dian Sukmara, menegaskan bahwa konsep “nada dan doa” dipilih sebagai simbol keseimbangan antara getaran batin dan kekuatan spiritual.

“Doa adalah energi sunyi yang menguatkan jiwa, sementara nada menggugah hati. Dari keduanya lahir solidaritas, empati, dan semangat untuk saling menguatkan, sebagaimana yang dicontohkan Cut Nyak Dien dalam hidup dan perjuangannya,” katanya.

Sementara itu, perwakilan masyarakat Aceh, Cut Marlina, menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian dan solidaritas masyarakat Sumedang. Ia menilai kegiatan ini sebagai bukti bahwa Aceh dan Sumedang telah menyatu bukan hanya dalam sejarah, tetapi juga dalam kepedulian kemanusiaan.

“Apa yang dilakukan malam ini adalah bukti nyata bahwa duka Aceh bukan duka kami sendiri. Doa dan kepedulian dari Sumedang menjadi penguat bagi kami,” ujarnya dengan haru.

Baca juga:  Pada 2022, Sumedang Genap Berusia 444 Tahun

Festival ini juga diwarnai penggalangan solidaritas sosial serta pertunjukan seni kolaboratif yang sarat pesan kemanusiaan. Melalui musik, puisi, dan doa, hadirin diajak merenungi bahwa penderitaan akibat bencana bukan sekadar musibah, melainkan panggilan untuk memperkuat empati dan persaudaraan. ***